Dulunya Jadi Kuli Panggul Demi Bantu Keluarga, Perjuangan Sertu Lugas Bikin KSAD Ingat Masa Susahnya

Perjuangan Sertu Lugas membuat KSAD Jenderal Dudung Abdurachman teringat masa susahnya puluhan tahun silam.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Youtube TNI AD
Sertu Lugas dihampiri KSAD Jenderal Dudung Abdurachman (kanan) yang terharu dengan kisah perjuangan hidupnya. 

Jenderal Dudung mengatakan, saat mendengar perjuangan Sertu Lugas, dia pun teringat akan masa susahnya puluhan tahun silam.

Sebab, di masa sekolah dulu, Jenderal Dudung juga telah menjadi anak yatim dan harus berjualan koran untuk membantu ibunya.

"Saya meneteskan air mata.

Baca juga: Roda Kehidupan Berputar Drastis: Dulunya Mabuk Tiap Malam, Sekarang Imami Salat di Akademi Militer

Ingat masa lalu ditinggal orangtua dan memang ini suatu perjuangan," kata Jenderal Dudung.

"Saya yakin kalau kita bekerja keras, baik ke sesama manusia, sayang pada ibu, Insya Allah pasti akan berhasil," sambung mantan Pangdam Jaya itu.

Perjuangan Jenderal Dudung

Saat masih menjabat Pangdam Jaya, Jenderal Dudung pernah menceritakan perjuangan hidupnya di masa lalu.

Membantu orang tua hingga berjualan koran harus dijalani Jenderal Dudung di masa remajanya.

Bahkan, Dudung rela memilih sekolah siang demi bisa berjualan koran di pagi harinya.

Sertu Lugas dihampiri KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang terharu dengan kisah perjuangan hidupnya.
Sertu Lugas dihampiri KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang terharu dengan kisah perjuangan hidupnya. (Youtube TNI AD)

Secuil pengalaman hidupnya itu diceritakan Dudung setelah di Markas Kodam Jaya, Cawang, Jakarta Timur, Senin (23/11/2020).

Dudung menyebut dirinya berasal bukanlah dari orang berada bahkan sempat menjalani profesi sebagai tukang koran.

Pekerjaan sebagai loper koran itu dijalaninya sewaktu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung, Jawa Barat.

Ia bercerita, sepeninggalan ayahnya, Dudung bisa jualan di pasar, keliling warung-warung ke Kodam, ke kantin.

Karenanya, dia meminta kepada ibunya agar bersekolah yang masuknya siang agar pagi harinya dia bisa berjualan koran.

Itu beralasan karena Dudung paginya bisa dimanfaatkan dengan menjadi loper koran.

Permintaan itu dikabulkan sehingga Duduk masuk SMA saat siang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved