Gunung Merapi 7 Kali Muntahkan Awan panas, Warga Mengungsi ke Balai Desa
Selama dua hari terakhir, sejak Rabu hingga hari ini, Kamis (10/3/2022), Gunung Merapi tujuh kali memuntahkan awan panas.
TRIBUNJAKARTA.COM - Selama dua hari terakhir, sejak Rabu hingga hari ini, Kamis (10/3/2022), Gunung Merapi tujuh kali memuntahkan awan panas.
Awan panas yang disertai lava pijar membuat warga Dukuh Sambungrejo, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten mengungsi ke balai desa.
Secara lokasi, Dukuh Sambungrejo memang permukiman paling dekat dengan gunung yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Sambungrejo berada di radius 4 kilometer dari puncak gunung setinggi 2.930 MDPL tersebut.
Dukuh Sambungrejo juga termasuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi.
Baca juga: Status Siaga, Gunung Merapi Keluarkan 16 Kali Guguran Lava Pijar pada Minggu Pagi
Fitri Yuniarti (34), merupakan salah satu warga Sambungrejo yang mengungsi ke balai desa.
Ia mengungkapkan kesaksiannya mendengar suara gemuruh di antara muntahan awan panas Merapi.

Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan Pemerintah Desa Balerante Jainu, mengatakan warga meninggalkan TES sejak Kamis subuh dan hingga saat ini tidak ada warga yang bertahan di TES itu.
"Tadi subuh, warga sudah naik (pulang) kembali ke rumahnya karena aktivitas merapi sudah melandai. Pagi ini informasi yang saya terima TES sudah kosong, tidak ada lagi pengungsi," ujar Jainu pada TribunJogja.com, Kamis (10/3/2022).
Menurut Jainu, cuaca di Desa Balerante saat ini diselimuti kabut dan hujan gerimis sehingga visual gunung setinggi 2.930 mdpl itu tidak terlihat secara jelas.
"Cuaca pagi ini gerimis dan kabut sehingga merapi tidak terlihat. Kalau sampai pagi ini juga tidak ada informasi adanya hujan abu," ucapnya.
Ia menjelaskan, mulai pagi ini aktivitas warga di Desa Balerante masih berjalan normal seperti biasa.
Baca juga: CEK Kondisi Terbaru Gunung Merapi, Vegetasi Lereng Terbakar: Ini Foto-foto Terbaru Jalur Awan Panas
Hanya saja, warga yang berada di wilayah KRB III Gunung Merapi tetap diminta untuk tetap waspada jika sewaktu-waktu ada peningkatan aktivitas kembali.
"Saya mengungsi karena aktivitas merapi tiba-tiba meningkat dan keluar suara bergemuruh yang berasal dari Merapi," ucapnya.
"Saat itu saya dapat instruksi dari pak lurah intinya untuk mengungsi ke kantor desa satu malam dulu sembari melihat situasi," tambahnya.