Harga Pangan Terus Naik, Pemerintah Diminta Antisipasi Tingginya Harga Komoditas Jelang Lebaran
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), menyampaikan tingginya harga pangan yang masih terus terlihat hingga H+3 Ramadan.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), menyampaikan tingginya harga pangan yang masih terus terlihat hingga H+3 Ramadan.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI, Reynaldi Sarijowan mengatakan, sejumlah komoditas tercatat masih memiliki harga yang cukup tinggi di pasar seperti minyak goreng, cabai, bawang merah, bawang putih, daging ayam, telur ayam, gula pasir, daging ayam, hingga tepung terigu.
"Harga pangan pada H+3 Ramadan 2022 ini, beberapa komoditas yang terpantau masih cukup tinggi dan belum bisa turun adalah antara lain minyak goreng Rp 19.500," kata dia, dalam keterangan persnya yang dikutip Rabu (6/3/2022).
Berdasarkan data yang diperoleh IKAPPI, harga minyak goreng saat ini masih cukup tinggi yakni berada di angka Rp 19.500 perliter.
Sementara untuk harga cabai di pasaran, disebutkan cabai rawit merah kini masih mencapai Rp 60 ribu perkilo, sementara untuk jenis cabai lain kini berada di kisaran harga Rp 50 ribu perkilo.
Baca juga: Waspada! Banyak Bahan Pangan di Kota Tangerang Dicampur Zat Berbahaya saat Ramadan
"Bawang merah naik dari Rp 33 ribu ke Rp 37 ribu, bawang putih dari Rp 30 ribu ke Rp 33.500," kata dia.
Untuk harga daging ayam, juga masih mengalami kenaikan dari yang sebelumnya Rp 39 ribu menjadi Rp 40.200, sedangkan telur ayam naik dari Rp 22 ribu menjadi Rp 25.300.
Tingginya harga juga terjadi pada beberapa komoditas lain di pasar-pasar seperti gula pasir, tepung terigu, dan daging sapi.
Harga gula pasir saat ini mengalami kenaikan seribu rupiah dari Rp 13.500 menjadi Rp 14.500.
Untuk harga tepung terigu, dari yang sebelumnya Rp 7.500 kini menjadi Rp 9 ribu ribu, serta daging sapi Rp 140 ribu menjadi Rp 143 ribu.

Terkait hal tersebut, IKAPPI mendorong kepada pemerintah untuk dapat menekan harga pangan.
Hal ini untuk mengantisipasi kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi pada fase kedua Ramadan atau menjelang Idul Fitri.
Berdasarkan analisa IKAPPI, akan ada penurunanan daya beli masyarakat setelah 1 minggu Ramadan. Selanjutnya, permintaan atau daya beli masyarakat diprediksi akan kembali tinggi pada seminggu jelang Lebaran.
"Ini yang masuk fase ke 2, jadi kami minta kepada pemerintah untuk mengeluarkan seluruh daya dan upaya dalam proses pelaksanaan penurunan harga pangan. Iya, agar menjelang Idul Fitri (harga) tidak terlalu tinggi," imbuhnya