UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belasan Juta Rupiah

Buah salak, merupakan buah khas Indonesia yang memiliki ciri khas rasa yang manis dan bertekstur mengkal. UMKM ini olah salak jadi kuliner unik.

TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana
UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belajan Juta Rupiah 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Buah salak, merupakan buah khas Indonesia yang memiliki ciri khas rasa yang manis dan bertekstur mengkal.

Namun, kulitnya yang kaku dan juga tajam seringkali membuat orang terluka sehingga tak sedikit yang merasa malas makan buah salak walaupun rasanya enak.

Hal ini rupanya mendorong UMKM asal Bekasi Jawa Barat, berinovasi menghadirkan cara unik makan salak tanpa harus mengupas kulitnya.

"Jadi produk kita itu ada 13 varian. Best sellernya adalah brownies salak dan ada juga sambel salak. Beberapa produk lainnya, iti ada pie salak, cookies salak, lalu ada bolu lapis keju salak, itu murni dari salak pondoh. Ada kerupuk salak juga," kata Co Founder UMKM Salaku Subekti, saat ditemui di kawasan Ancol baru-baru ini.

Bekti bercerita, awal mulanya Salaku berdiri pada 2016 silam dengan menghadirkan berbagai makanan kemasan hasil olahan salak agar orang bisa mudah makan salak tanpa harus repot mengupas kulitnya.

Baca juga: Komitmen Majukan UMKM Bidang Fesyen, Start-up BKB Sebut Produk Lokal Tak Kalah dengan Luar Negeri

Berbagai jenis kuliner, dihasilkan dengan bahan baku berupa buah salak yang umumnya hanya dikonsumsi secara langsung.

Selain ada brownies dan aneka kue, Salaku juga menyulap buah salak menjadi aneka kuliner unik dan berbeda dari yang lain.

Misalnya ada sambal salak, kerupuk salak, hingga teh dan juga kopi salak.

UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belajan Juta Rupiah
UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belajan Juta Rupiah (TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana)

"Karena limbah dari buah salak ini ada biji dan kulit, kalau ditimbang perbandingan berat biji dan kulit dengan buah kadang hampir sama. Misal kita beli sekarung salak itu 30 kg, setelah kita kupas dan belah, dagingnya sekitar hampir 20 kg dan 10 kg nya adalah biji dan kulit. Makanya biji dan kulitnya itu kita olah," kata Subekti.

"Bijinya kita roasting jadi kopi, dan klitnya kita roasting juga, kita keringkan menjadi teh," lanjutnya.

Teh dan kopi salak dibuat bukan dari buah salaknya, melainkan dari olahan kulit dan juga bijinya.

Baca juga: Kembangkan Bisnis Fashion Indonesia, Perusahaan Kain Ini Bagikan Bantuan Untuk UMKM

Kulit dan biji salak yang tidak dipakai untuk olahan makanan, pertama-tama dicuci bersih dan dikeringkan.

Dalam pengolahannya, kedua bahan tersebut diroasting hingga tak ada lagi kadar air yang tersisa.

Soal rasa, kata Subekti kopi dari olahan biji salak ini tak kalah enak daripada kopi umumnya.

Kopi olahan biji salak, memiliki aroma dan juga citarasa yang khas mirip kopi seperti biasanya.

Begitupun, juga dengan teh dari seduhan olahan kulit salaknya.

UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belajan Juta Rupiah
UMKM Ini Olah Buah Salak Jadi Berbagai Jenis Kuliner Unik, Omzetnya Capai Belajan Juta Rupiah (TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana)

"Semuanya homade. Karena homade, kita gak menggunakan pengawet sama sekali. Untuk kopi dan teh malah gak ada campuran sama sekali,"

"Sudah pernah diuji oleh BPOM, untuk menguji keamanan pangannya. Dari teh dan kopinya ini secara kualitas sudah aman untuk dikonsumsi," imbuhnya.

Sementara untuk sambal salak, Subekti mengatakan diolah dari campuran bahan berupa cabai rawit merah, buah salak, dan juga ebi sehingga rasanya pun pedas, dan ada campuran asam manis serta gurih.

Berbagai produk tersebut, dijual dengan harga beragam mulai dari Rp 15 ribuan.

Menurut Subekti, omzet yang didapat dari penjualan makanan kemasan hasil olahan salak ini pun lumayan.

Dalam sebulan, omzet rata-rata Salaku mencapai kisaran Rp 15 juta pasca pandemi ini.

"Sebelum pandemi malaj mencapai Rp 20 juta hingga Rp 25 juta perbulan. Turunnya hampir 10 persen," kata Subekti.

Berbagai produk makanan kemasan Salaku, dijual di outlet Salaku Bekasi, dan juga di berbagai layanan pengantaran online dan marketplace lainnya.

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved