Polemik Pergantian Nama Jalan di Jakarta
Pemprov DKI Didesak Kaji Ulang Perubahan Nama Jalan, DPRD: Kalau Diganti Semua Jadi Kesulitan
Anggota DPRD DKI Jakarta Rasyidi mendesak Pemprov DKI melakukan kajian ulang terkait pergantian atau perubahan nama jalan di Ibu Kota.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Anggota DPRD DKI Jakarta Rasyidi mendesak Pemprov DKI melakukan kajian ulang terkait pergantian atau perubahan nama jalan di Ibu Kota.
Dalam rapat paripurna, ia meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria untuk melek terhadap polemik yang terjadi di masyarakat usai perubahan 22 nama jalan di Jakarta menjadi nama tokoh Betawi.
"Pada kesempatan yang baik ini kami juga mengusulkan, karena, dengan adanya penggantian ini semuanya akan menjadi kesulitan buat kita semua," ucapnya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (5/7/2022).
"Khususnya yang mendapatkan perubahan nama jalan tersebut. misalnya satu contoh KTP-nya harus dirubah BPHTB-nya harus dirubah, AJP-nya harus dirubah, sertifikatnya juga harus dirubah semuanya harus diubah," tambahnya.
"Dan ini akan memberikan satu biaya kepada masyarakat, kemudian juga waktu. Pada kesempatan yang baik ini saya pikir melalui pimpinan DPRD dki untuk menyampaikan pada gubernur dan wakil gubernur supaya ditinjau ulang," lanjutnya.
Baca juga: Politisi PDIP Protes Kebijakan Anies, Tak Setuju Nama Jalan Pakai Tokoh Betawi: Bisa Pakai Cara Lain
Bila dilanjutkan, ia memberi masukan agar penggunaan nama tokoh Betawi ditujukan untuk kehadiran jalan yang baru di Jakarta.
Bukan mengubah nama jalan yang sudah ada, sekalipun untuk menghargai jasa para tokoh-tokoh tersebut.

"Kalau misalnya pun mau dilaksanakan, menurut hemat kami dilaksanakan pada jalan-jalan yang baru. Misalnya DKI Jakarta membuat jalan baru."
"Kita berikan nama Pak Haji Ali Sadikin, Pak Benyamin, dari pada kita membuat yang baru, yang lama kita ubah. Sehingga akan menyulitkan masyarakat semua termasuk kita," pungkasnya.
Masukan ini pun masih ditampung oleh pihak legislatif Kebon Sirih untuk nantinya ditindak lanjuti.
"Baik Pak Rasyidi untuk masukannya kami terima dan kami tampung untuk lebih lanjutnya akan diberitahukan oleh sekwan dan lain-lain," sahut Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Rani Mauliani.
Mengenal Lebih Dekat 22 Tokoh Betawi yang Diabadikan Jadi Nama Jalan
Pergantian 22 nama jalan dengan tokoh Betawi di DKI Jakarta belakangan menuai polemik.
Banyak masyarakat yang keberatan dengan pergantian nama jalan tersebut lantaran khawatir ribet mengurus perubahan dokumen seperti KTP, KK, hingga STNK.

Namun tak sedikit pula warga yang mengapresiasi keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merubah puluhan nama jalan itu dengan tokoh Betawi.
Apresiasi salah satunya disampaikan Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LBK) Becky Mardani.
Ia pun menyebut, para tokoh itu memang layak diabadikan menjadi nama jalan lantaran jasanya yang telah memperkenalkan dan melestarikan budaya Betawi.
"Mereka bukan orang sembarangan, mereka punya kiprah, mereka punya jejak dalam membangun Jakarta sesuai bidang keahliannya masing-masing," ujarnya saat dihubungi TribunJakarta.com, Kamis (30/6/2022).
Baca juga: Ini Target Disdukcapil DKI untuk Perubahan KTP dan KK Warga Terdampak Pergantian Nama Jalan
Lalu siapa saja 22 tokoh Betawi tersebut? Yuk kenal mereka lebih dekat:
Jakarta Pusat
1. Tino Sidin: Tokoh seni lukis dan pendidikan melukis/menggambar anak yang terkenal karena mengisi program TV di TVRI, juga dikenal pada era revolusi kemerdekaan berperan dalam militer, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Cikini VII.
2. Mahbub Djunaidi: Tokoh yang dikenal sebagai ketua umum pertama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), juga dikenal sebagai wartawan, sastrawan, kolumnis, agamawan dan politikus, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Srikaya, sekitar Kebon Sirih.

3. Raden Ismail: Kemenakan dari pahlawan nasional MH Thamrin yang aktif di dunia seni peran yang pernah berkeliling hingga ke Singapura, Malaya dan Thailand bersama grup opera dan dikenal sebagai aktor Betawi era 1950-an, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Buntu.
4. A. Hamid Arief: Aktor Indonesia yang aktif pada era tahun 1950-1980-an, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Tanah Tinggi 1 Gang 5.
5. H. Imam Sapi’ie: Pahlawan Kemerdekaan yang berjuang melawan penjajah, pernah diangkat menjadi Menteri Urusan Keamanan Rakyat pada zaman revolusi, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Senen Raya.
6. Abdullah Ali: Putra Betawi yang dijuluki maestro dan legenda perbankan Indonesia, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan SMP 76.
7. M. Mashabi: Pemusik yang turut serta memperkenalkan gaya musik melayu modern, sehingga namanya ditetapkan sebagai nama jalan di Jalan Kebon Kacang Raya sisi Utara.
8. H.M Saleh Ishak: Putra asli Jakarta dan Pahlawan Kemerdekaan pada tahun 1945-1950an, sehingga namanya ditetapkan sebagai nama jalan Kebon Kacang Raya sisi Selatan.
Baca juga: Disdukcapil Ungkap Perubahan KTP Warga Terdampak Pergantian nama Jalan Belum Capai 30 Persen
Jakarta Utara
1. Mualim Teko: Ulama Betawi yang wafat di Kapuk Teko, sehingga namanya dijadikan sebagai nama jalan di depan Taman Wisata Alam Muara Angke.
Jakarta Barat
1. Guru Ma’mun: Intelektual sekaligus ulama Betawi di Rawa Buaya Cengkareng, Jakarta Barat, sehingga namanya dijadikan nama jalan di Jalan Rawa Buaya.
2. Syekh Junaid Al Batawi: Ulama Betawi yang menyebarkan agama Islam di Betawi pada abad ke-18, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Lingkar Luar Barat (dari Pasar Cengkareng ke arah Kamal)
Jakarta Selatan
1. H. Rohim Sa'ih: Tokoh yang pernah menyediakan lahan untuk disewakan guna pembuatan Perkampungan Budaya Betawi yang sekarang kita kenal dengan Zona Embrio, namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan barat.
2. KH. Ahmad Suhaimi: Tokoh masyarakat yang dikenal sebagai penggagas berdirinya Masjid Baitul Ma’mur (kini menjadi Masjid Raya Baitul Ma’mur), juga beberapa masjid di sekitar Kelurahan Srengseng, namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bantaran Setu Babakan Timur.
3. KH. Guru Amin: Ulama yang turut berjuang melawan penjajahan pada masa revolusi, namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Raya Pasar Minggu sisi utara.
4. Hj. Tutty Alawiyah: Mantan Menteri pemberdayaan perempuan, akademisi/dosen, dan ulama Wanita, namanya diabadikan sebagai nama jalan di Jalan Warung Buncit Raya.
Baca juga: Komisi A DPRD DKI Jakarta Bakal Minta Penjelasan Disdukcapil DKI Soal Pergantian Nama Jalan
Jakarta Timur
1. Mpok Nori: Sosok komedian Betawi, sehingga namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Bambu Apus Raya.
2. H. Bokir bin Dji’un: Seniman topeng Betawi yang namanya diusulkan untuk sebagian ruas Jalan Raya Pondok Gede, yakni dari Hek sampai Prapatan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
3. Haji Darip: Tokoh yang piawai dalam ilmu bela diri, pendakwah dan pejuang pada masa revolusi yang dijuluki Panglima Perang Klender, namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Bekasi Timur Raya.
4. Entong Gendut: Seorang pejuang terhadap perlawanan rakyat dari daerah Tanjung Oost (saat ini kampung Gedong, Condet), namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan Budaya.
5. Rama Ratu Jaya: Seorang guru bela diri yang berjuang melawan penjajahan Belanda pada tahun 1869, namanya dijadikan sebagai nama jalan di Jalan BKT sisi barat.
Baca juga: Pergantian Nama Jalan Tuai Polemik, Data Disdukcapil Belum Banyak Warga Ubah Alamat KTP dan KK
Kepulauan Seribu
1. Habib Ali bin Ahmad: Seorang yang dikenal sebagai ulama dan mubaligh yang pertama kali menyebarkan Islam di Pulau Panggang dan sekitarnya, namanya dijadikan sebagai nama jalan di Pulau Panggang.
2. Kyai Mursalin: Tokoh yang dikenal sebagai ulama yang piawai dalam ilmu bela diri, namanya dijadikan sebagai nama jalan di Pulau Panggang.