Demi Selamatkan Partai, Suharso Monoarfa Disarankan Mundur dari Jabatan Ketum PPP
Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, sedang mendapatkan sorotan terkait dugaan gratifikasi dan penggelapan kekayaan.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa, sedang mendapatkan sorotan terkait dugaan gratifikasi dan penggelapan kekayaan.
Terkait permasalahan tersebut, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menyarankan, sebaiknya Suharso segera mundur dari jabatannya.
Jika memang benar melakukan dugaan gratifikasi dan penggelapan kekayaan, Suharso Monoarfo harus mundur demi menyelamatkan partainya.
“Jika kasus gratifikasi pesawat jet pribadi dan pemalsuan LHKPN benar adanya, lebih baik Suharso mundur untuk menyelamatkan partai," kata Karyono Wibowo, kepada awak media.
"Hal tersebut perlu dilakukan agar partai punya waktu untuk konsolidasi jelang 2024 nanti,” tambahnya.
Menurutnya, dengan bungkamnya Suharso selama ini semakin memperkuat dugaan kasus tersebut.
Baca juga: Kepemimpinan Suharso Monoarfa Disorot, Politikus PPP Gelar Pertemuan Bahas Kondisi Partai
Karyono juga meminta KPK untuk lebih tegas menanggapi dugaan kasus korupsi ini.
“Kelihatannya Suharso sulit membantah. Jika bungkam kan bisa jadi benar dan patut diduga melakukan hal tersebut,” ujarnya.

“Seharusnya KPK juga tidak hanya menanggapi kasus ini secara normatif, saya kira harus lebih tegas. Sebab, kasus ini menduga seorang pejabat negara dan harusnya jadi prioritas penanganan dugaan korupsi,” tambah Karyono.
Adapun sebelumnya terdapat beberapa rentetan aksi yang menuntut Suharso untuk mundur dari jabatan Ketua Umum PPP dan Kepala Bappenas.
Aksi tersebut digelar oleh kader partai hingga mahasiswa.
PPP DKI Sebut Kelompok Pendemo Ingin Memecah Belah Partai
Baca juga: Internal PPP Disorot, Para Senior dan Eks Ketua Pertanyakan Kepemimpinan Suharso Monoarfa
Sebelumnya, Sekretaris Wilayah (Sekwil) DPW PPP DKI Jakarta, Najmi Mumtaza Rabbany merespons riak-riak soal adanya protes atau ketidakpuasan dari sejumlah kader terhadap pengurus teras DPP PPP pimpinan Suharso Monoarfa.
Isu tersebut diketahui merebak setelah sekelompok orang mengatasnamakan kader partai Ka'bah mendemo sang Ketum untuk mundur dari jabatannya.
Najmi menyebut, mereka tak lebih dari sekedar gerombolan orang yang ingin memecah belah PPP.
