Food Story
Lakunya Martabak Jablay di Gang Sempit Jakbar: Rela Pelanggan Jauh-jauh demi Mencicip si Lembut
Martabak Jablay di Gang Kancil, Taman Sari, Jakarta Barat, kerap jadi incaran para pelanggan terutama menjelang sore.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Martabak Jablay di Gang Kancil, Taman Sari, Jakarta Barat, kerap jadi incaran para pelanggan terutama menjelang sore.
Dalam sehari, warung di gang sempit ini bisa menghabiskan ribuan gorengan berbalut kulit lumpia itu.
Bahkan, para pelanggan datang jauh-jauh demi mencicip rasanya 'si lembut' itu.
Penerus usaha, Indra, mengatakan sekitar 3 ribu biji martabak habis dibeli pembeli dalam sehari.
Namun, masa-masa laris manis itu terjadi saat sebelum pandemi Covid-19.
Baca juga: Cerita Pasutri di Jakarta Barat Bisa Naik Haji hingga Bangun Rumah Berkat Julan Martabak Jablay
"Dulu sebelum Covid mah bisa sampe 2 ribu - 3 ribu biji sehari. Sekarang sesudah Covid-19 imbasnya turun 60 persen. Ada penurunan tapi masih bisa bertahan," kata Indra kepada TribunJakarta.com pada Kamis (21/7/2022).
Para pembelinya juga tak hanya warga setempat saja.
Orang yang tinggal di pinggiran Jakarta seperti Bekasi, Tangerang hingga Bogor mampir ke Gang Kancil demi mencicip lembutnya Martabak Jablay.
Martabak Jablay juga bisa dipesan melalui online.
Komposisi martabak ini sederhana saja.

"Telor dikasih bumbu, kemudian cabai dan bawang digiling. Kasih kecap dan ditaburi daun bawang. Ditutup kulit lumpia lalu digoreng," katanya.
Rasa martabak Jablay ini nikmat saat lagi panas-panasnya.
Ketika digigit, kulit luar terasa garing dan bagian dalam terasa lembut.
Disebut Martabak Jablay
Indra, berkisah usaha martabak ini awalnya tak bernama.
Kedua orang tuanya, Sugandi dan Sumaryati lah yang memulai usaha martabak.

Mereka mulai menyiapkan martabak itu sejak dini hari sekitar pukul 00.00 WIB hingga jam 06.00 pagi.
Martabak itu lalu dititipkan ke warung-warung dan pedagang yang mampir di awal tahun 90-an.
"Awalnya digoreng terus dititipin ke warung sekitar sini. Lama kelamaan jadi banyak yang tahu, pembeli langsung beli ke sini. Akhirnya kita mangkal di sini," kata Indra.
Karena dulu bukanya sampai subuh, banyak orang yang beraktivitas di malam hari mampir beli martabak.

Tak terkecuali para perempuan malam yang mengais rezeki di diskotik-diskotik di kawasan Mangga Besar.
Kala itu, daerah tersebut memang dikenal banyak berdiri diskotik-diskotik.
"Banyak perempuan malam yang dulunya beli. Sekitar jam 2 sampai jam 3 an mereka pulang lapar dari diskotik akhirnya makan di sini," cerita Indra.
Kemudian karena jam bukanya pagi buta dan berbarengan dengan jam makan perempuan malam akhirnya disebut Martabak Jablay.
Kebetulan saat itu juga lagi populer lagu film Mendadak Dangdut berjudul Jablai.
Maka tercetus lah nama itu dari mulut orang-orang.
Barangkali kata Indra, perempuan malam dan pelanggannya mampir juga ke warungnya.
"Dari situ sama warga sekitar dan pembeli nyebutnya ini Martabak Jablay. Tadinya mah enggak ada namanya," tambahnya.