Sisi Lain Metropolitan
Kisah Heroik Soepiah Sang Pejuang, Nyamar Jadi Pedagang Sayur Demi Misi Rahasia Perang Gerilya
Pejuang Kemerdekaaan RI, Soepiah Subedo melakukan aksi heroik saat melawan penjajah. Ini kisahnya demi jalankan misi rahasia.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CEMPAKA PUTIH - Bocah perempuan seumuran anak SMP itu berjalan memanggul rinjing bambu berisi surat rahasia melintasi pos Belanda menuju pasar.
Saat digeledah serdadu Belanda, batas hidup dan mati sudah terlalu tipis di depan matanya.
Bila ketahuan, misi rahasia para gerilyawan akan terbongkar dan ajal bisa saja langsung menjemputnya di pos itu.
Kini, bocah perempuan itu sudah berusia 89 tahun. Namanya, Soepiah Subedo.
Saat ditemui TribunJakarta.com di kediamannya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, wajah Soepiah sudah renta termakan usia.
Baca juga: Arti Bela Negara Bagi Kong Usman, Pejuang Kemerdekaan Usia 100 Tahun yang Pilih Hidup Sebagai Sipil
Namun, kaki-kaki ringkihnya masih kuat untuk melangkah ketika menyilakan saya masuk ke dalam rumahnya.
Di usianya yang mau kepala sembilan itu, Soepiah masih semangat berbicara.
Apalagi, bila berbicara mengenai masa mempertahankan kemerdekaan di mana dia ikut andil dalam berjuang.

Ya, terbentang kisah perjuangan panjang yang tentu saja diwarnai dengan pengorbanan.
Seusai proklamasi kemerdekaan berkumandang, Belanda kembali datang untuk merebut kembali Indonesia.
Negara yang baru seumur jagung itu harus bertempur melalui senjata ataupun meja perundingan mengusir bangsa kompeni di tanah air dari tahun 1945 hingga 1949.
Baca juga: Pesan Anies Baswedan Lantik Paskibraka DKI: Anda Tugas Perlu 3-4 Menit, Pejuang Butuh Puluhan Tahun
Soepiah yang kala itu masih duduk di bangku SMP juga sempat ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan di kampung asalnya Gombong, Jawa Tengah.
"Bapak saya bilang, udah sana ikut berjuang. Saya saat itu masih 14 tahun," katanya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (19/8/2022).
Bocah yang masih polos itu pernah diminta untuk membawa surat rahasia yang dititipkan oleh para gerilyawan.

Kisah itu bermula saat sebuah pasar yang berada di pusat Kota Gombong dipindahkan ke daerah pelosok demi menghindari kedatangan para tentara Belanda.
"Namanya Pasar Candi, dipindahkan ke kampung semacam tempat pengungsian. Lagi ramai-ramainya, pasar itu dibom, ditembaki dengan mitraliur, dikanon di darat. Betapa sedihnya itu, ya rakyat kecil sampai tentara banyak jadi korban," ceritanya.
Akibat pasar itu diluluh lantakkan, muncul lah kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menghancurkan jembatan panjang yang melintasi Kali Kemit agar Belanda tidak bisa melintas.
"Jadi seperti ada perbatasan sebelah barat kali itu sisi tentara Belanda sementara sisi seberangnya ada penjagaan tentara republik," katanya.
Jadi pembawa surat rahasia
Soepiah ditunjuk oleh kakaknya, yang kala itu dipercaya sebagai Kepala Persenjataan tentara, menjadi kurir.
Dia ditugaskan untuk mengantarkan surat rahasia yang ditulis para gerilyawan dari persembunyiannya ke daerah Kota Gombong.
Surat rahasia itu berisi permintaan petunjuk jalan untuk para pejuang melakukan aksi gerilya agar tidak ketahuan Belanda.
"Tentara kita itu kalau mau gerilya, nanya jalan ke seorang peranakan Cina yang pro Indonesia di Gombong. Setelah itu, ditulis lagi sama dia lalu saya antarkan lagi ke tentara," tambahnya.
Baca juga: DKK Salurkan Bantuan Pembaca Kompas kepada Yayasan Pejuang Kemerdekaan RI Khusus Seroja Timor Timur
Untuk mengecoh pengawasan tentara Belanda, Soepiah menyelipkan surat rahasia itu ke bagian kaki keranjang bambu itu.
Meski jembatan yang besar sudah dihancurkan, ternyata masih tersisa jembatan kecil yang bisa dilalui warga.
Soepiah berjalan di jembatan kecil itu untuk masuk ke wilayah yang dijaga Belanda.
"Saya berpura-pura seperti penjual sayuran, isinya bisa kelapa, sayur mayur. Pura-pura bawa ke pasar dan jualan ke wilayah Belanda," ungkapnya.
Tentu saja Soepiah merasa ngeri saat digeledah serdadu Belanda di pos perbatasan.
Rinjing yang dipanggul Soepiah pun lolos dari pengawasan tentara.
"Saya sudah dikasih pesan sama kakak saya. Pokoknya berserah diri saja hidup atau mati. Jadi kalau kamu digeledah, kamu tabah. Apapun yang terjadi," ceritanya.
Setelah lolos dari pemeriksaan, Soepiah menyerahkan surat itu kepada informan di kota Gombong.
Ia kemudian balik lagi mengantarkan surat balasan informan itu kepada para gerilyawan di pelosok.
"Saya pas balik digeledah lagi, tapi lolos. Kemudian surat saya kasih, nanti para pejuang malamnya masuk ke wilayah Belanda untuk gerilya," ucapnya.
Soepiah mengaku menjalankan peran sebagai kurir selama dua tahun.
Selama jadi kurir, dia belum pernah ketahuan digeledah serdadu Belanda.
"Enggak pernah ketahuan, enggak ada yang curiga. Dianggapnya mungkin masih anak kecil," pungkasnya.