Pemilu 2024

Survei Indometer: Koalisi Tidak Solid, PKS dan Demokrat Tinggalkan NasDem

Survei INDOMETER menunjukkan pendukung partai-partai yang tergabung dalam KIB cenderung lebih solid. PKS dan Demokrat tinggalkan NasDem.

Kolase Foto Tribun Jakarta
Kolase Foto Ketum Demokrat AHY, Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan Ketum Nasdem Surya Paloh. Survei INDOMETER menunjukkan pendukung partai-partai yang tergabung dalam KIB cenderung lebih solid. PKS dan Demokrat tinggalkan NasDem, Senin (29/8/2022). 

“Keragu-raguan elite PKS dan Demokrat dalam mendorong koalisi dengan Nasdem tampaknya dirasakan pula oleh pendukungnya di tingkat akar rumput, sehingga akan lebih mendukung jika kedua parpol tersebut menyebar ke koalisi lain, baik itu KIB, Gerindra-PKB, ataupun PDIP,” kata Leonard.

“Faktor yang membuat pemilih Demokrat ragu adalah kesediaan Nasdem untuk mengusung ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres koalisi,” jelas Leonard.

Dalam sejumlah kesempatan, elite Nasdem mengungkapkan akan mendukung capres-cawapres dari luar partai politik. Perkecualian dengan Ganjar yang relatif kurang diterima oleh elite PDIP.

“Pemilih PKS tampaknya lebih nyaman dengan Prabowo, sehingga akan condong mendukung koalisi Gerindra-PKB,” lanjut Leonard.

Dalam dua kali pemilu dan Pilkada DKI Jakarta 2016, PKS berkoalisi dengan Gerindra.

Meskipun Prabowo kemudian bergabung dengan pemerintahan Jokowi, tetapi basis pendukung kedua parpol memiliki kedekatan emosional dan preferensi.

Elite Demokrat melontarkan niat bergabung dalam koalisi besar, yang mengarah kepada KIB, sedangkan PKS mendukung koalisi nasionalis-relijius yang tecerminkan dalam koalisi Gerindra-PKB.

“Kedua parpol juga tampaknya khawatir dengan pergeseran pemilih nasionalis di internal Nasdem yang menunjukkan resistensi terhadap pencapresan Anies,” imbuh Leonard.

Sementara itu pemilih Golkar, PAN, dan PPP cenderung lebih solid, dengan dukungan masing-masing terhadap KIB sebesar 66,7 persen, 61,5 persen, dan 42,4 persen.

Menariknya, pemilih Gerindra justru lebih mendukung koalisi dengan PDIP, yaitu sebesar 50,0 persen. Pemilih PKB yang tampaknya lebih ngotot berkoalisi dengan Gerindra, dengan dukungan 59,3 persen.

Pemilih PDIP cenderung terbagi dua sama besar, antara yang ingin berkoalisi dengan Gerindra (44,8 persen) dan maju sendiri (37,0 persen).

“Kedekatan antara PDIP dan Gerindra terbangun sejak rekonsiliasi pasca-Pemilu 2019, tetapi masing-masing parpol masih membuka peluang untuk menjajaki koalisi dengan parpol lainnya,” pungkas Leonard.

Survei INDOMETER dilakukan pada 15-20 Agustus 2022 terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia, yang dipilih secara acak bertingkat survei (multistage random sampling).

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Margin of error survei sebesar ±2,98 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Berikut ini adalah elektabilitas masing-masing partai politik:

PDIP: 19,2 persen
Gerindra: 12,7 persen
Golkar: 7,8 persen
PKB: 7,6 persen
PSI: 5,4 persen
Demokrat: 5,1 persen
PKS: 4,8 persen
Nasdem: 3,3 persen
PPP: 2,8 persen
PAN: 2,2 persen
Gelora: 1,5 persen
Perindo: 1,3 persen
Ummat: 1,1 persen
PBB: 0,6 persen
Hanura: 0,4 persen
PKPI: 0,3 persen
PKN: 0,2 persen
Lainnya: 0,5 persen
Tidak tahu/tidak jawab: 23,2 persen

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved