Santri Geruduk Markas PPP Bawa 2 Tuntutan, Aksi Terus Berlanjut Akibat Polemik Amplop Kiai

Solidaritas Santri Menggugat mendatangi Gedung DPP PPP di Menteng, Jakarta Pusat, membawa dua tuntuan.

Editor: Wahyu Septiana
ISTIMEWA
Solidaritas Santri Menggugat mendatangi Gedung DPP PPP di Menteng, Jakarta Pusat, membawa dua tuntuan. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Solidaritas Santri Menggugat mendatangi Gedung DPP PPP di Menteng, Jakarta Pusat, membawa dua tuntuan.

Aksi yang dilakukan Solidaritas Santri Menggugat dilatarbelakangi pernyataan Ketum PPP, Suharso Monoarfa yang dinilai menghina kiai dan pesantren.

Ratusan massa aksi tersebut datang langsung sembari membawa poster yang bertulisan kekecewaan kepada Suharso Monoarfa.

“Kami turun lagi karena belum ada tanggapan dari Suharso atas aksi kami sebelumnya. Kami sudah sampaikan, jika 3x24 jam belum ada tanggapan, maka aksi akan terus dilakukan di depan Gedung DPP PPP,” kata Koordinator Aksi, Rangga.

Rangga menyebut, ada dua tuntutan yang dibawa pada aksi kali ini yaitu menuntut Suharso untuk minta maaf secara terbuka karena pernyataannya membuat gaduh masyarakat dan meminta Suharso untuk mundur dari ketua umum partai Islam.

“Tuntutan tersebut kami layangkan lagi pada aksi kali ini. Karena kami menilai Suharso tidak memiliki nilai sopan santun dalam berucap, maka harus segera mundur dari ketua partai Islam,” jelasnya.

Baca juga: Desakan Mundur Suharso Monoarfa, Politikus Senior PPP Sebut Demi Keselamatan dan Kehormatan Partai

Sementara itu, salah satu santri Della Amalia mengaku rela turun ke jalan karena merasa tidak terima melihat para kiai dihina.

Dia pun menuntut Suharso untuk mau dan segera mundur dari jabatan ketua umum serta menteri Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

“Pernyataan Pak Suharso ini sangat menyudutkan para kiai, yaitu orang yang kami hormati. Kami rela turun ke jalan untuk menuntut pertanggungjawaban atas pernyataannya tersebut,” tutur Della.

Adapun sebelumnya rentetan aksi telah dilakukan dari berbagai elemen, mereka meminta Suharso mundur dari jabatan Ketua Umum PPP dan Menteri Bappenas.

Desakan Suharso mundur akibat dari pernyataannya beberapa waktu lalu di KPK terkait “kiai amplop”.

Majelis Syariah, Majelis Pertimbangan, dan Majelis Kehormatan PPP juga mendesak Suharso untuk mundur lewat surat yang dikirimkan kepada Suharso.

Namun, hingga kini Suharso masih mengabaikan surat yang dilayangkan para majelis partai.

Hari ini, Jum'at (19/8) Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) PPP kembali menyambangi kantor DPP PPP untuk menuntut Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP.
Hari ini, Jum'at (19/8) Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) PPP kembali menyambangi kantor DPP PPP untuk menuntut Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP. (ISTIMEWA)

Suharso Monoarfa Kasih Penjelasan

Sementara itu, Suharso Monoarfa angkat bicara terkait dengan ucapan “amplop kiai” yang dinilai oleh sejumlah pihak telah mencemarkan nama baik kiai dan pesantren.

Ucapan tersebut membuat tiga pimpinan Majelis DPP PPP meminta Suharso Monoarfa mundur dari kursi Ketua Umum. Desakan tersebut tertuang dalam sebuah surat tertanggal 22 Agustus 2022.

Suharso mengaku belum menerima secara fisik surat tersebut.

Baca juga: PPP Berpotensi Kehilangan Suara Perempuan dan Milenial, Pengamat Ray Rangkuti Ungkap Penyebabnya

Selain itu desakan mundur melalui surat yang disampaikan itu tidak ada dalam mekanisme partai.

Ia menganggap surat tersebut sebagai permintaan untuk klarifikasi atau tabayun.

“Secara fisik itu surat saya belum terima. Tapi saya lihat sudah beredar di masyarakat. Kedua, mekanisme itu tidak dikenal di partainya. Ketiga, saya memahaminya sebagai permintaan tabayun, untuk dijelaskan,” kata Suharso di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, (25/8/2022).

Suharso menjelaskan bahwa pidatonya mengenai amplop kiai yang beredar tersebut telah dipotong sehingga keluar dari konteks dan salah dipahami. Padahal pidato tersebut kata Suharso berkesinambungan.

“Jadi, kemudian pidato saya dipotong, sedemikian rupa, keluar dari konteks, diviralkan. Itu yang tidak fair menurut saya,” katanya.

Menurut Suharso pidatonya tersebut untuk mengingatkan dan mengedukasi budaya anti korupsi.

Terlebih ia merupakan salah satu ketua Stranas pencegahan korupsi.

Suharso mengatakan dalam pidato tersebut sebenarnya ia mencontohkan budaya anti korupsi dalam konteks politik.

Suharso Monoarfa (baju hijau) saat konferensi pers di Kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/3/2019).
Suharso Monoarfa (baju hijau) saat konferensi pers di Kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/3/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

Pidato tersebut melanjutkan pidato yang disampaikan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.

“Saya hadir sebagai pengurus politik dan dalam waktu menjelang pemilu. Sementara  pak Nurul Ghufron mengingatkan PPP itu adalah partai yang berdasarkan ketuhanan yang maha m esa. Harus diingat bahwa PPP mengenal manusia pada waktu lahir itu kan menjadi abdun dan menjadi khalifah, jangan semua serba uang, tapi tampaknya PPP itu ragu sehingga jangan sampai sebagai partai yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa itu diganti menjadi keuangan yang kuasa,” katanya.

“Jadi itu peringatan keras yang luar biasa. Itu saya coba sampaikan, konteksnya itu,” kata Suharso.

Hanya saja pidato pada Forum Pendidikan Anti Korupsi yang diselenggarakan KPK pada 15 Agustus lalu itu dibiaskan sehingga mengakibatkan orang salah memahaminya.

“Jadi tidak ada maksud saya tidak menghormati kiai sama sekali. Ini partai persatuan pembangunan itu kan didirikan para ulama,” pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Tuntut Suharso Mundur dari Ketum PPP karena Dinilai Hina Kiai, Ratusan Santri Rela Turun ke Jalan

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved