Cerita Ketua KPU DKI Jakarta: Pak Dosen yang Kini Telinganya Sudah Akrab Dengar Omelan Warga
Meski gajinya jauh lebih kecil dari pekerjaan terdahulunya sebagai dosen, Sunardi mantap berkecimpung di KPU DKI Jakarta.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Elga H Putra
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Meski gajinya jauh lebih kecil dari pekerjaan terdahulunya sebagai dosen, Sunardi mantap berkecimpung untuk mengurusi Pemilu di DKI Jakarta.
Pria yang karib disapa Pak Dosen karena latar belakang pekerjaannya itu adalah orang nomor satu di Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.
Sunardi menjabat Ketua KPU DKI Jakarta periode 2018-2023.
Jauh sebelumnya, Sunardi sudah berkecimpung di dunia pemilihan umum sejak tahun 2004.
Saat itu, ia bertindak sebagai Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Cengkareng, Jakarta Barat.
Baca juga: Berkaca Pemilu 2019, Kapolri: 2024 Jangan Gunakan Politik Yang Sebabkan Polarisasi Bangsa
Kemudian saat Pilkada DKI 2007, Sunardi turut terlibat menjadi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
"Sebenarnya saya enggak mau daftar karena waktu itu saya sudah ngajar, terus temen di rumah minta saya daftar. Katanya harus ada perwakilan dari kampung saya," ucapnya saat diwawancarai TribunJakarta.com, Senin (12/9/2022).
"Jadi yang daftarin itu teman saya, bukan saya sendiri yang daftar," tambahnya sambil mengenang masa-masa itu.

Selepas Pilkada DKI 2007, Sunardi yang saat itu dosen di Universitas Satyagama ini dibujuk oleh Ketua KPU Kota Jakarta Barat untuk mencoba mendaftar sebagai komisioner di KPU DKI Jakarta.
Awalnya ia enggan mendaftar lantaran dirinya sudah bekerja sebagai marketing di perusahaan biji silika dan dosen di Universitas Satyagama.
Namun, sang Ketua KPU Kota Jakarta Barat saat itu akhirnya bisa menyakinkan Sunardi agar dirinya mau bergabung di KPU.
"Saya enggak mau sebenarnya, tapi dipaksa. Ya sudah saya daftar saja, hari terakhir daftarnya."
"Ikuti proses, eh akhirnya diterima, padahal gajinya juga lebih gede di kampus," ujarnya sambil tertawa.
Baca juga: Mengenal Sunardi, Sosok di Balik Suksesnya Pemilu di DKI Jakarta
Saat menjadi anggota KPU Kota Jakarta Barat periode 2008-2013, Nardi, sapaan akrabnya sempat kaget dengan pekerjaan barunya itu.
Pasalnya, ia acap kali kena omel warga, terutama dari para emak-emak yang namanya tak masuk daftar pemilih untuk bisa menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2009.
"Dulu belum secanggih sekarang, masih pakai manual. Ada yang kelewat, waduh saya diomelin itu," tuturnya.

Walau demikian, hal ini tak membuat nyalinya men menciut.
Sunardi justru semakin senang dengan pekerjaan barunya itu lantaran ilmu manajerialnya bisa diaplikasikan.
"Dulu pikiran saya penyelenggara pemilu ya ilmunya harus politik. Ternyata harus ada manajerialnya. Makanya itu saya mulai tertarik," tuturnya.
Sunardi pun makin jatuh hati dengan pekerjaan barunya ini lantaran ada banyak tantangan yang harus dihadapi, dibandingkan sebagai dosen.
Tak hanya itu, dirinya pun makin tertantang lantaran banyaknya tekanan yang datang dari segala penjuru.
Sunardi yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan pekerjaannya ini kemudian kembali mendaftar sebagai Ketua KPU Kota Jakarta Barat periode selanjutnya.
"Pada 2013 kami diminta untuk daftar lagi, di situ diberi amanah jadi ketua (KPU Kota Jakarta Barat) sampai 2018," kata dia.
Baca juga: Berkaca Pemilu 2019, Kapolri: 2024 Jangan Gunakan Politik Yang Sebabkan Polarisasi Bangsa
Pada periode keduanya di KPU Kota Jakarta Barat ini, Nardi turut terlibat dalam Pemilu 2014 dan Pilkada DKI 2017.
Lantaran dinilai berhasil menggelar pesta demokrasi pada 2014 dan 2017 itu, Nardi kemudian diminta mendaftar sebagai Ketua KPU DKI Jakarta.
Bahkan, ia pun didapuk sebagai pemimpin KPU DKI Jakarta di periode saat ini.

Meski sempat mendapat protes dari keluarga lantaran banyak waktunya tersita untuk mengurus pemilu, Sunardi mengaku kini dua anak dan istrinya sudah bisa memahaminya.
"Kalau tidak berdasarkan kesukaan dan hobi mungkin agak susah karena kita tidak bisa pulai sesuai jam kantor."
"Selama pekerjaan belum selesai dan pelayanan masih ada, ya itu sampai malam kita," tuturnya.
Profil Singkat Sunardi:
- Tempat dan Tanggal Lahir: Ngawi, 15 Oktober 1971
- Istri: Tri Mawarni
- Anak: Aurel, Bilfa Faras
- Pendidikan:
1. SDN Tukulrejo, Ngawi
2. SMPN Padas, Ngawi
3. SMAN 2 Ngawi
4. S1 Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta program studi Manajemen
5. S2 Universitas Satyagama Cengkareng MM
6. S3 Universitas Satyagama Manajemen Pemerintahan