Sisi Lain Metropolitan
2 Anaknya Putus Sekolah, Derita Warga Miskin Tomang Hidup Melarat di Jakarta Barat
Derita pasutri di Tomang Jakarta Barat hidup dalam kemiskinan. Dua anak mereka sampai putus sekolah. Ini kisahnya, Jumat (16/9/2022).
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Suheri bercerita ia sudah bermukim di RT 005 RW 013 Tomang, Jakarta Barat sejak tahun 1973.
Sehari-harinya ia bekerja sebagai pemulung dan terkadang kerja serabutan.
Namun, Suheri mengaku selama hidup di dalam jurang kemiskinan, bantuan sesekali mampir ke rumahnya.
Meski, seringnya ia tidak mendapatkannya.

"Pemerintah juga belum pernah mendata ke rumah saya. Mungkin ada tetangga yang udah, tapi saya belum. Dari tahun 73 sampai sekarang saya belum pernah merasakan bantuan langsung tunai (blt)," cerita pria berambut gondrong itu kepada TribunJakarta.com pada Jumat (16/9/2022).
Ia mengakui memang pemerintah bukannya 100 persen tak mengulurkan bantuannya.
Salah satu anaknya menerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Kendati demikian, dua anaknya terpaksa putus sekolah.
Baca juga: Pemulung Terkapar Tak Bergerak di Jalan Dikira Sudah Meninggal, Ternyata Mabuk Berat
"Anak pertama usia 16 tahun dan anak kedua 14 tahun putus sekolah," katanya.
Suheri terpaksa meminta mereka tidak melanjutkan sekolah karena alasan penghasilan yang sangat kecil.
"Ya memang sekolah gratis, tapi kan kayak biaya transport atau biaya buku-buku harus ada. Otomatis saya nyerah aja, penghasilan cuma Rp 40 ribu sehari," tambahnya.

Suheri sangat menaruh harapan kepada pemerintah untuk memberikan bantuan secara berkelanjutan kepada keluarganya.
Terlebih, kebijakan pengalihan subsidi BBM untuk membantu warga miskin betul-betul tepat sasaran.
"Saya minta tolong, tinjau lah warga-warga yang sangat membutuhkan seperti saya dan teman-teman saya," pungkasnya.