Cerita Desainer Muda Isabella Indrasasana Dukung Fashion Berkelanjutan
Pada bulan lalu, Isabella Indrasasana juga membuka SlowMoveBazaar. Bazar ini, disebut telah memberi kontribusi yang signifikan terhadap pesatnya
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Belakangan ini, istilah sustainable fashion atau fashion berkelanjutan terus digaungkan oleh sejumlah industri mode.
Di kota-kota besar seperti Jakarta, konsep fashion berkelanjutan, juga telah melahirkan gaya hidup baru yang banyak dianut oleh anak-anak muda.
Konsep ini, dinilai memiliki dampak yang lebih baik bagi lingkungan.
Ialah Isabella Indrasasana, seorang desainer muda usia 21 tahun yang juga merupakan founder dari Slow Move Bazaar dan YSA Studios.
Ia merupakan salah satu desainer muda yang memiliki perhatian lebih akan gaya hidup fashion berkelanjutan.
Di antaranya, dengan mengenalkan lifestyle sustainable yang disebut Slow Movement sebagai sebuah penerapan gaya hidup alternatif yang ramah lingkungan.
Baca juga: Youth Modest Fashion Summit 2022, Ajang Muda-Mudi Dorong Industri Fashion Berkelanjutan
Selain mempelajari dampak buruk limbah garmen terhadap lingkungan, menurut Isabella, sejauh ini limbah yang dihasilkan oleh industri fashion juga memberikan dampak yang cukup besar bagi masyarakat.
Khususnya, bagi mereka yang tinggal di dekat pabrik-pabrik pakaian dan tekstil.
Oleh sebab itu, melalui Slow Movement Isabella ingin memberikan solusi untuk menjawab tantangan tersebut.
Pada bulan lalu, Isabella Indrasasana juga membuka SlowMoveBazaar. Bazar ini, disebut telah memberi kontribusi yang signifikan terhadap pesatnya perkembangan komunitas mode yang ramah lingkungan.
“Bazaar ini diharapkan dapat menyediakan platform fisik bagi kultur slow movement di Indonesia untuk menumbuhkan dan mengembangkan gaya hidup yang lebih lambat dengan meningkatkan kekuatan dari komunitas,” kata Isabella dikutip dari keterangannya, Selasa (8/11/2022).
Isabella melanjutkan, bagaimana label busana dalam negeri ramah lingkungan semakin menjamur.
Tak disangka, kata dia, saat ini label busana lokal juga telah mendominasi pasar Indonesia.
Kebanggaan dan keyakinan diri masyarakat Indonesia terhadap busana lokal yang ramah lingkungan, memberi alasan bagi merek-merek dengan konsep yang senada untuk terus tumbuh dan berkembang ke pasar internasional.
YSA Studios dan Drip Experiments misalnya.
YSA Studios, merupakan label busana atletikkasual atau athleisure ramah lingkungan yang berbasis di Jakarta, dan didirikan oleh Isabella Indrasasana.
Baca juga: Enggak Cuma Seoul, Gangwon-do Juga jadi Destinasi Menarik Kalau Berlibur ke Korea
Memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan desain yang trendi, YSA Studios menyediakan solusi fungsional untuk setiap kebutuhan mode.
Menurut Isabella, YSA menargetkan diri untuk menjadi label mode panutan yang terkemuka di lingkungan yang baru, yakni dimana masyarakat telah mampu mengatasi tantangan pemakaian garmen yang berlebihan, juga apapun yang dikenakan terbuat dari bahan daur ulang.
Misalnya seperti terbuat dari sesuatu yang sebelumnya terbuang untuk diubah menjadi baru.
“Misi YSA adalah menciptakan masa depan yang lebih baik bagi planet Bumi, tubuh, dan
pikiran alam bawah sadar masyarakat. Dalam jangan waktu 10 tahun ke depan, YSA bertujuan
untuk memberi pengaruh pada orang-orang di sekitar untuk merawat diri mereka sendiri, planet,
dan satu sama lain dengan lebih baik," kata dia.
Melalui penggunaan material yang ramah lingkungan, desain yang tidak termakan waktu, produk premium yang terbuat dari bahan daur ulang berkualitas tinggi yang dihasilkan dapat dipakai para wanita selama bertahun-tahun.
Hal ini, menjadi upaya bagi YSA sebagai awal dari masa depan baru di industri mode.
Terlibat dalam SlowMoveBazaar sebagai tuan rumah, YSA Studios tidak hanya mampu memengaruhi merek-merek dalam negeri untuk mengadopsi konsep ramah lingkungan, tetapi juga mendorong toko-toko baju bekas (thrift store) untuk berkembang dan memiliki label mereka sendiri.