Penemuan Mayat Satu Keluarga

Sosiolog Ungkap Dugaan Sekeluarga di Kalideres Ikut Sekte, Indikator Kuatnya Sudah Terpenuhi

Berbagai spekulasi muncul perihal penyebab pasti dari satu keluarga yang membusuk di Kalideres. Diantaranya mengenai dugaan mereka ikut sekte tertentu

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM/Satrio Sarwo Trengginas
Sejumlah petugas Labfor Polri dan petugas Polres Metro Jakarta Barat saat melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) di rumah tempat ditemukannya satu keluarga tewas di Perumahan Citra Garden Satu Extension di Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (13/11/2022). Berbagai spekulasi muncul perihal penyebab pasti dari satu keluarga yang tinggal di Blok AC5 Nomor 7 Perumahan Citra Garden Extension, Kalideres yang jasadnya baru ditemukan pada Kamis (10/11/2022) lalu. Salah satunya mengenai dugaan mereka ikut sekte tertentu. 

Sejak awal, dia sangsi satu keluarga tewas di Kalideres karena kelaparan.

Ia menduga keluarga tersebut menganut paham Apokaliptik atau keyakinan terhadap akhir dunia.

Adrianus membayangkan keluarga tersebut mengakhiri hidup dengan melaparkan diri.

Meskipun, ia tidak yakin orang mampu melakukan tindakan seperti itu karena lama dan menyakitkan.

Adrianus pun menilai tak mungkin satu keluarga tewas karena kelaparan.

Baca juga: Kaki Diikat Plastik, Terkuak Perilaku Aneh Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres

Pasalnya, keluarga tersebut tinggal di perumahan kelas menengah dan memiliki aset untuk dijual.

Oleh karenanya, Adrianus Meliala menilai ada unsur kesengajaan dalam peristiwa temuan mayat satu kelatga di Blok AC5 Nomor 7 Perumahan Citra Garden Extension, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) lalu.

Krimonolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala
Krimonolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala (Tribunnews/Fx Ismanto)

“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujar Adrianus, Sabtu (12/11/2022).

Ia justru menduga ada tindakan pelaparan. Artinya, ada pihak-pihak yang membuat mereka lapar dengan tidak memberi akses makanan.

Ada kemungkinan juga pihak yang lebih muda lebih aktif dan bisa saja sebagai pelaku.

“Tentu ada motif ya kenapa seperti itu, harus menunggu hasil autopsi yang akurat,” ucapnya.

Adrianus menilai, skenario pelaparan semakin mungkin sebab ketika ada pihak yang mendorong kelaparan itu terjadi, barulah pihak ketiga mengakhiri hidupnya dengan cara tertentu.

 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved