Wakil Ketua DPD RI Sultan Membela BPOM RI, Usulkan Posisi dan Kewenangan Diperkuat
Sultan B Najamudin meminta masyarakat tidak mendiskreditkan Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM) RI
TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin meminta masyarakat tidak mendiskreditkan Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM) RI dalam kasus beredarnya puluhan jenis obat sirup yang menyebabkan gagal ginjal.
"Jika kita telaah sumber masalah kasus gagal ginjal ini secara proporsional dan cermat, maka tidak tepat jika publik hanya mengkambing hitamkan institusi BPOM," ungkap Sultan melalui keterangan resminya pada Sabtu (19/11/2022).
"Pengawasan terhadap Industri farmasi di Indonesia merupakan tugas lintas sektor, akibatnya proses pengawasan menjadi tidak efektif dan efisien", imbuhnya.
Baca juga: Ketua DPD RI Minta Kemenkop dan UKM Perkuat Pengawasan Koperasi
BPOM dalam posisinya sebagai lembaga pengawas, kata Sultan, merupakan lembaga yang memverifikasi secara berkala produk farmasi sebelum dan sesudah beredar di pasaran.
Menurut Sultan sejauh ini BPOM sudah menjalankan tugasnya sesuai SOP dan aturan yang ada.
"Kita ketahui bahwa Peredaran makanan maupun obat-obatan dewasa ini semakin luas dan beragam,"
"Sayangnya, dengan peredaran yang begitu luas, BPOM belum sepenuhnya memiliki kewenangan dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugas dan fungsi dalam memastikan produk obat dan makanan yang beredar telah aman untuk dikonsumsi masyarakat," ujar mantan ketua HIPMI Bengkulu itu.
Akibatnya, lanjut Sultan, tidak sedikit kasus temuan produk konsumsi tanpa izin dan terbukti mengandung bahan-bahan berbahaya seperti yang terjadi saat ini.
Salah satunya dikarenakan BPOM belum memiliki sistem pengawasan yang aktif dan efisien untuk mengawasi produk-produk konsumsi masyarakat.
Baca juga: Ketua DPD RI: Sesi Ketahanan Pangan G20 Sebaiknya Bahas Kedaulatan dan Dengar Aktivis Lingkungan
"Kami mengusulkan agar BPOM dibekali dengan Undang-undang tersendiri dan dijadikan sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK), yang diharapkan mampu memberikan kontribusi lebih dalam tugas pengawasannya." tegasnya.
"Hal ini penting dilakukan agar BPOM benar-benar menunjukkan posisi dan perannya dengan semangat kredibilitas, independensi dan profesionalisme yang tinggi,"
"Saya kira ini momentum yang tepat bagi negara untuk memastikan kasus-kasus seperti ini tidak terulang lagi,"
"Oleh karena itu, baik Pemerintah dan lembaga legislatif termasuk civil society perlu mengkaji bersama dan merumuskan RUU terkait BPOM ini", tutupnya.
Seperti diketahui bahwa, Komunitas Konsumen Indonesia menggugat BPOM ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.
Gugatan dilakukan atas dugaan BPOM lalai dalam pengawasan obat sirup sehingga menyebabkan gagal ginjal akut pada anak atau gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA).
Sebelumnya, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia David Tobing mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum penguasa yang dilakukan oleh BPOM RI pada 11 November 2022.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News