Gempa di Cianjur

Dedeh Harus Korek Reruntuhan yang Timpa Warungnya untuk Dapat Cemilan Buat Sang Anak

Dedeh (40) terpaksa mengorek reruntuhan yang menimpa warungnya akibat gempa Cianjur untuk cari cemilan buat anaknya.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Tribun Jabar
Dedeh (40) terpaksa mengorek reruntuhan yang menimpa warungnya akibat gempa Cianjur untuk cari cemilan buat anaknya yang masih berusia tiga tahun. Warga Kampung Salaeuri, Desa Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ini hartanya terkubur di antara reruntuhan rumah yang merusak warungnya. 

TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Dedeh (40) terpaksa mengorek reruntuhan yang menimpa warungnya akibat gempa Cianjur untuk cari cemilan buat anaknya yang masih berusia tiga tahun.

Warga Kampung Salaeuri, Desa Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ini hartanya terkubur di antara reruntuhan rumah yang merusak warungnya.

Sejak gempa sampai Jumat (25/11/2022), Dedeh dan suaminya tinggal di pengungsian. Mereka harus sabar menunggu suplai makanan dari dapur umum.

Dedeh dan warga lainnya jika ingin membeli makanan atau mencari kebutuhan di warung, harus menempuh perjalanan kurang lebih 8 kilometer.

Biasanya, jarak 8 kilometer tak terlalu jauh saat kondisi normal sebelum gempa mengguncang.

Namun dalam kondisi saat ini, butuh waktu minimal satu jam untuk menempuh jarak 8 kilometer lantaran banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat.

Saat ini kendaraan roda empat ataupun roda dua begitu membludak melintasi jalur tersebut.

Hal itu dikarenakan banyak kendaraan yang membawa bantuan logistik dan juga kendaraan untuk keperluan evakuasi.

Baca juga: Senyum Syukur Warga Pasirgombong Cianjur Meski Makan Telur Dibagi 2, Logistik di Pengungsian Menipis

Selain menunggu suplai makanan dari dapur umum, Dedeh tak jarang ngorek-ngorek puing reruntuhan warungnya berharap mendapatkan camilan untuk buah hatinya tersebut.

"Semuanya warung juga ancur, sekarang kalau pengen ngambilin makanan sampe harus dikerukin dulu, sampe tangan sakit," katanya.

Di sisi lain sejak gempa bumi mengguncang, masyarakat di daerah terdampak lebih memilih untuk tidur di tenda darurat.

Namun, tenda darurat itu dipasang tak jauh dari rumah, lebih tepatnya di depan rumah.

Warga membongkar puing-puing rumahnya yang ambruk di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022). Cugenang merupakan satu di antara Kecamatan di Cianjur yang mengalami kerusakan parah akibat gempa.
Warga membongkar puing-puing rumahnya yang ambruk di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022). Cugenang merupakan satu di antara Kecamatan di Cianjur yang mengalami kerusakan parah akibat gempa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Tenda- tenda darurat tersebut hanya bermodalkan terpal yang dimiliki untuk dijadikan atap dan karpet untuk digunakan sebagai alasnya.

Setelah gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, hampir disetiap titik terdapat terpal para pengungsi yang tak jauh dari rumahnya masing-masing.

Meski masih dihantui kekhawatiran gempa susulan, warga tetap tak ingin jauh dari rumahnya sehingga mendirikan tenda darurat di dekatnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved