Gempa di Cianjur

Ahmad Pingsan Tahu Warkop Berisi Tiga Orang Tersayangnya Lenyap Disapu Longsor saat Gempa Cianjur

Ia tak sadarkan diri lantaran menyadari di dalam warkop itu masih ada tiga orang tersayangnya saat longsor terjadi pada Senin siang itu.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Acos Abdul Qodir
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Ahmad (50), menunjukkan area yang menjadi lokasi bekas warung kopinya yang tersapu longsor akibat gempa Cianjur di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, MInggu (27/11/2022).  

Dirinya lemas hingga pingsan saat melihat warungnya sudah lenyap disapu tanah longsor.

"Warung sama tanah sudah tertimbun tinggi gitu, sampai saya pingsan. Aparat kemudian menolong saya ke pinggir, saya sampai sadar lagi," katanya.

Kendaraan melintas di Jalan Raya Cipanas-Cianjur yang longsor di Desa Cugenang, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022). Di lembah ini, pada Jumat sekitar pukul 08.00 tim penyelamat berhasil menemukan rombongan guru TK Islam Al-Azhar yang menjadi korban longsor akibat gempa Cianjur, Senin (21/11/2022).
Kendaraan melintas di Jalan Raya Cipanas-Cianjur yang longsor di Desa Cugenang, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022). Di lembah ini, pada Jumat sekitar pukul 08.00 tim penyelamat berhasil menemukan rombongan guru TK Islam Al-Azhar yang menjadi korban longsor akibat gempa Cianjur, Senin (21/11/2022). (TribunnewsDepok.com/Alex Suban)

Kini, sudah tujuh hari berturut-turut sejak Senin hingga hari ini bapak anak tiga itu terus berharap pencarian oleh tim SAR terhadap istri dan buah hatinya bisa segera menemui titik terang.

Empat hari setelah menghilang dalam peristiwa tanah longsor Senin lalu, Nining ditemukan tak bernyawa di area pencarian dekat Warung Sate Shinta, Kamis (24/11/2022).

"Ibu saya ketemunya sudah jauh dari titik longsoran warung. Jenazahnya ditemukan di dekat kali," kata Ahmad.

Proses identifikasi jenazah Nining di RSUD Sayang Cianjur tak berlangsung lama karena Ahmad sudah memberitahukan ciri-ciri ibundanya itu kepada dokter.

Setelah teridentifikasi, Nining dimakamkan di kampung halamannya di Desa Sarampat, Kecamatan Cugenang, Cianjur yang terdampak gempa paling parah.

Selesai hari Kamis, Ahmad kembali ke Jalan Raya Cipanas-Puncak untuk mencari anggota keluarganya yang lain.

Pasalnya, dari puluhan jenazah yang sudah dibawa ke RSUD Sayang, belum ada satupun yang menunjukkan ciri-ciri istrinya maupun anaknya.

"Tiap hari saya mondar mandir, saya ke sini (lokasi longsor) terus susul ke rumah sakit. Udah di rumah sakit udah simpen data-datanya istri anak, ibu," ucap Ahmad.

"Alhamdulillah ibu sudah ketemu, tinggal istri dan anak saya," sambung dia.

Baca juga: Warga Terdampak Angin Puting Beliung di Jelambar Diminta Pindah Rumah dan Diberi Uang Kerohiman

Bagi Ahmad, kematian adalah kehendak Yang Maha Kuasa.

Tujuannya bertahan, datang setiap hari ke lokasi longsor Cianjur bukan berarti tidak terima takdir yang ditetapkan Tuhan.

Ia hanya ingin memastikan semua korban sudah ditemukan dari area longsor Cianjur dan istri beserta anaknya bisa segera diidentifikasi.

"Dari hari Senin sudah di sini, setiap hari saya ke sini, kadang kala tidur di tenda. Sudah tujuh hari bertahan di sini," ucapnya.

"Bukannya saya nggak rela diambil sama Allah, karena nyawa itu takdir Allah. Tapi kalo saya nggak ada di sini gimana keluarga," tutupnya.


 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved