Gempa di Cianjur

Perjuangan Ibu Korban Gempa Cianjur, Rela Tangan Sakit Bongkar Reruntuhan Demi Dapat Makanan Anaknya

Perjuangan besar dilakukan seorang ibu demi sang anak meski dirinya menjadi korban gempa Cianjur.

Editor: Elga H Putra
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas gabungan mengevakuasi satu keluarga yang tertimbun material tebing yang longsor di Jalan Raya Puncak, Kampung/Desa/Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Longsor di Kampung Cigenang ini dampak dari gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo pada Senin, 21 November 2022 sekitar pukul 13.15 WIB. 

TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Perjuangan besar dilakukan seorang ibu demi sang anak meski dirinya menjadi korban gempa Cianjur.

Seperti yang dilakukan oleh Dedeh (40), satu dari ribuan warga Kampung Salaeuri, Desa Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang turut menjadi korban gempa Cianjur.

Akibat yang bermagnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022), rumah Dedeh hancur.

Kini, Dedeh bersama suami dan dua anaknya harus mengungsi di tenda pengungsian bersama ratusan korban lainnya.

Kendati saat ini situasinya sulit, naluri Dedeh sebagai seorang ibu tak bisa hilang begitu saja.

Baca juga: Mulyadi Korban Gempa Cianjur: Pasrah Tertimpa Bangunan, Tanggung Jawab Seorang Ayah Buatnya Bertahan

Dia tetap ingin memberikan apapun untuk sang anak.

Satu misalnya ketika anaknya yang masih berusia tiga tahun ingin cemilan.

Sebelum gempa mengguncang, Dedeh memang membuka warung di rumahnya.

Warga membongkar puing-puing rumahnya yang ambruk di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022). Cugenang merupakan satu di antara Kecamatan di Cianjur yang mengalami kerusakan parah akibat gempa.
Warga membongkar puing-puing rumahnya yang ambruk di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11/2022). Cugenang merupakan satu di antara Kecamatan di Cianjur yang mengalami kerusakan parah akibat gempa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Tapi kini warung yang jadi sumber pemasukan Dedeh sudah hancur.

Di sisi lain, di pengungsian juga tak banyak cemilan untuk anak.

Karena saking cintanya kepada anak, Dedeh sampai rela mengorek puing reruntuhan warungnya hanya untuk mencari makanan yang bisa dimakan oleh sang anak.

Para pengungsi hanya bisa menunggu supply makanan dari bantuan logistik yang datang atau menunggu dapur umum selesai menyiapkan makanan.

Jika ingin membeli makanan atau mencari kebutuhan di warung, maka warga harus menempuh perjalanan kurang lebih 8 kilometer.

Baca juga: Selain Barista, 2 Kuli Bangunan di Kafe Arseven yang Tersapu Longsor Cianjur Belum Ditemukan

Namun, jika kondisi normal 8 kilometer itu maka akan terasa dekat, akan tetapi, di tengah kondisi darurat saat ini, untuk menempuh jarak tersebut bisa membutuhkan waktu hingga satu jam perjalanan.

"Semuanya warung juga ancur, sekarang kalau pengen ngambilin makanan sampe harus dikerukin dulu, sampe tangan sakit," katanya, Sabtu, (26/11/2022).

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved