Gempa di Cianjur
Diselamatkan Nenek dari Reruntuhan, Balita Kini Trauma Gempa Ada Getaran Sedikit Langsung Menjerit
Meski selamat, bocah berusia 3 tahun tersebut kini mengalami trauma akibat gempa yang menewaskan 300 lebih orang tersebut.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Mereka terdiri dari orang dewasa, lansia, anak-anak hingga balita.
"Ada 32 KK, kalau orangnya 87. Campur di sini balita sampai dewasa," bebernya.
Yani mengatakan, alasan ia dan warga memilih mendirikan tenda pengungsian di area makam, karena menurutnya ini adalah lokasi yang paling aman.
"Karena lebih aman di sini daripada kita ngedeketin bangunan," tuturnya.
"Di sini area terbuka gak ada bangunan di sekitarnya. Ada juga yang diriin tenda pengungsian di sawah selain di sini, tapi jauh masuk ke dalam," sambung Yani.
Lebih lanjut, area pemakaman yang identik dengan hal mistis dan menyeramkan ini tak lagi jadi persoalan bagi ia dan penghuni lainnya.
"Kan ramai -ramai juga ya jadi enggak takut. Sudah gitu ya memang di sini paling aman," ucap Yani.
Saat malam hari, mereka tidur berdampingan dengan sejumlah makam, termasuk dua makam baru yang berisi jasad korban gempa bumi Cianjur.
"Ada iya dua orang (korban yang dimakamkan di pemakaman area pengungsian), masih warga sini juga saya kenal. Korbannya itu tertimbun dua hari baru ditemuin," ungkapnya.
Terakhir, ia berujar bahwa terkini hal yang paling dibutuhkan oleh pengungsi adalah alas tidur.
Sejak hari pertama, Yani dan puluhan pengungsi lainnya hanya tidur beralaskan tikar dan terpal yang dinginnya menusuk ke tulang, terlebih bila malam hari.
"Kasur paling dibutuhin, kasur lipat gitu ya. Karena tidurnya cuma alas tikar doang sama terpal, dingin banget apalagi kalau malam," pungkasnya.