Tokoh Kunci PSI di DKI, Michael Sianipar Pamit Buat Grace Natalie Ambil Alih Posisi Eks Staf Ahok
Michael Sianipar mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPW PSI DKI Jakarta. Ia jadi tokoh kunci partai di DKI hingga Grace Natalie turun gunung.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Kita bangun PSI di Jakarta dari nol, dari tidak dikenal sama sekali hingga menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan di Jakarta," ujarnya.
Setelah kini jadi partai yang cukup diperhitungkan, Michael menilai PSI justru berubah tak dirinya mengaku sudah tidak yakin bahwa perjuangan politik yang dimilikinya dapat dilanjutkan di partai besutan Giring Ganesha itu.
"Banyak hal yang sudah saya lakukan bersama rekan-rekan di PSI. Namun dengan berat hati, sudah saatnya saya mengundurkan dari partai yang saya cintai ini,” tuturnya.
Michael pun mengungkap alasannya keluar dari partai yang sudah tujuh tahun terakhir ini jadi rumah persinggahannya.
Ia pun menyinggung soal arah politik PSI yang sudah jauh berubah dibandingkan saat awal berdiri.
"Seiring berjalannya waktu, partai yang saya bayangkan dan cita-citakan, yang saya ketahui di awal, sudah jauh berubah sekarang. Sudah saatnya saya pamit dan undur diri dari PSI," ucapnya.
Baca juga: Michael Sianipar Bukan yang Pertama, Ini Pembesar PSI yang Lebih Dulu Keluar dari Partainya Giring
Selama memimpin PSI di DKI, ia pun mengklaim sudah mendorong partainya untuk menjunjung prinsip transparansi, meritokrasi, obyektifitas, dan profesionalisme.
Bahkan, seleksi caleg di Jakarta menganut sistem yang kompetitif dan transparan, dengan melibatkan panelis dan uji publik.
Para anggota dewan dan pengurus juga dievaluasi berkala menggunakan matriks kinerja.
“Selama saya menjadi Ketua Jakarta, saya pastikan partai berjalan secara profesional. Pendanaan partai bisa dipertanggung jawabkan dan ada laporan keuangan dan laporan kinerja tahunan yang bisa dibaca oleh publik," tuturnya.
"Tidak mungkin PSI Jakarta menyuarakan transparansi dan akuntabilitas di Pemprov DKI kalau prinsip tersebut tidak kami jalankan sendiri di internal kami,” sambungnya.
Di bawah kendali Michael, PSI jadi partai oposisi yang kerap keras mengkritisi kebijakan yang dibuat Gubernur Anies Baswedan, khususnya soal keterbukaan anggaran.
“Lima tahun saya pastikan PSI Jakarta telah konsisten sebagai kekuatan penyimbang Gubernur Anies. Kami tetap kritis, bahkan kami yang terdepan mendorong interpelasi pada saat itu," kata dia.
Saya pastikan PSI Jakarta telah berusaha keras untuk kritis namun tetap objektif dan konstruktif,” sambungnya.
Eks staf pribadi Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ini pun menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan mengembangkan visi dan kompetensi sebagai politisi selama memegang PSI Jakarta.