Sampah Sisa Malam Tahun Baru di Jakarta Timur Mencapai 12,1 Ton

Jumlah sampah 12,1 ton ini terbilang sedikit jika dibandingkan saat perayaan malam tahun baru 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 700 ton.

Penulis: Bima Putra | Editor: Acos Abdul Qodir
Kompas.com/Ardito Ramadhan D
Petugas PPSU atau pasukan oranye membersihkan sampah yang berserakan usai warga merayakan malam tahun baru 2018 di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (1/1/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Sudin Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Timur mengangkut 12,1 ton sampah saat malam perayaan tahun baru 2023 pada Sabtu (31/12) malam hingga Minggu (1/1) pagi.

Kepala Sudin LH Jakarta Timur, Wahyudi Rudianto mengatakan 12,1 ton sampah tersebut akumulasi dari sejumlah titik keramaian pada malam perayaan tahun baru 2023.

Di antaranya Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kawasan Flyover Pasar Rebo, Flyover Klender, Lapangan Jederal Urip Sumoharjo, kawasan Old Shanghai dan Jalan Pramuka Raya.

“Jumlahnya tergolong sedikit karena keramaian warga maupun pedagang di jalan juga tidak terlalu banyak," kata Wahyudi di Jakarta Timur, Senin (2/1/2023).

Jumlah sampah 12,1 ton ini terbilang sedikit jika dibandingkan saat perayaan malam tahun baru 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 700 ton.

Pun sejak pandemi Covid-19 melanda, baru pada pergantian tahun 2023 saat kasus terkonfirmasi terkendali ni pemerintah membebaskan warga untuk merayakan malam tahun baru.

"Kemarin memang kita prediksi sampah di TMII saja bisa mencapai 100 ton. Namun ternyata meleset prediksi itu," ujarnya.

Baca juga: Warga Jakarta Padati Bundaran HI: Petugas Sigap Bersihkan Sampah hingga Rapihkan Tanaman yang Rusak

Wahyudi menuturkan sampah yang mendominasi pada malam pergantian tahun 2023 yakni botol air kemasan, wadah makanan, plastik, sampah kertas, dan sisa kembang api.

Faktor cuaca pada malam pergantian tahun baru 2023 diyakini memengaruhi warga merayakan memilih merayakan tahun baru di rumah, sehingga jumlah sampah berkurang.

"Faktor cuaca sepertinya menjadi hal utama orang enggan keluar rumah," tuturnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved