Pedagang Warteg Masih Pikir-pikir Naikkan Harga Usai HET Beras jadi Rp10.900

Pedagang Warung Tegal (Warteg) belum memutuskan akan menaikkan harga menu makan setelah pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras naik.

Bima Putra/TribunJakarta.com
Beras dari Bulog yang berada di gudang Food Station untuk operasi pasar di Pasar Induk Beras Cipinang, Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Pedagang Warung Tegal (Warteg) belum memutuskan akan menaikkan harga menu makan setelah pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras naik. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Pedagang Warung Tegal (Warteg) belum memutuskan akan menaikkan harga menu makan setelah pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras naik.

HET beras medium zona 1 mencakup wilayah Provinsi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi yang sebelumnya Rp9.450 per kilogram kini melonjak jadi Rp10.900.

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengatakan para pedagang masih menimbang sikap yang akan mereka ambil untuk merespon kenaikan HET beras.

"Ini teman-teman lagi menghitung apa kalau mengurangi porsi atau menaikkan, antara dua itu," kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (16/3/2023).

Para pedagang Warteg masih dilema karena bila mereka memutuskan untuk mengurangi porsi nasi demi mendapat untung, pelanggan tentunya tidak merasa puas bersantap.

Baca juga: Pengusaha Warteg Sesalkan Kenaikan HET Beras jadi Rp10.900

Sementara bila mereka menaikkan harga menu maka pembeli juga terbebani dan risiko paling buruknya ditinggal pelanggan, mengingat daya beli masyarakat masih lesu terdampak pandemi Covid-19.

"Sekarang masalahnya ada adalah daya beli. Sehingga teman-teman tidak bisa seenaknya menaikkan harga. Saya pikir ekonomi setelah pandemi Covid-19 membaik, ternyata tidak," ujarnya.

Pada bulan Februari 2023 lalu saat harga beras medium berkisar di atas Rp10 ribu per kilogram pun sejumlah pedagang Warteg bahkan harus mengurangi porsi makan untuk pembeli.

Pedagang warung makan di Jatinegara, Parti saat memberi keterangan terkait harga beras yang masih mahal di Jakarta Timur, Rabu (8/2/2023).
Pedagang warung makan di Jatinegara, Parti saat memberi keterangan terkait harga beras yang masih mahal di Jakarta Timur, Rabu (8/2/2023). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Mukroni menuturkan kenaikan harga sejumlah bahan pokok yang terjadi beberapa waktu terakhir juga akan menjadi pertimbangan apakah akan menaikkan harga, atau mengurangi porsi nasi.

"HET juga compare (bandingkan) dengan harga bahan baku dan daya beli. Supaya pelanggan bisa menikmati rasa dan porsi. Kalau porsi sedikit kan kasihan juga pelanggan," tuturnya.

Sebelumnya pada Rabu (15/3/2023) pemerintah menyatakan kenaikan HPP untuk pembelian gabah dan beras di tingkat petani, penggilingan, di Gudang Bulog, kemudian kenaikan HET di konsumen.

Baca juga: Beras Mahal, Pedagang Warteg Kurangi Porsi Nasi untuk Pembeli

HET beras pada zona 1 Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi, Zona 2 Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, Kalimantan, Zona 3 Maluku dan Papua pun ikut naik.

HET beras medium zona 1 Rp10.900, zona 2 Rp11.500, kemudian zona 3 Rp11.800, sementara untuk beras jenis premium pada zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800.


Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved