Kasat Narkoba Tewas Tertabrak Kereta

Jika Benar AKBP Buddy Dibunuh Jaringan Narkoba, Kompolnas Minta Polisi Gercep Lakukan Ini!

Poengky pun menyarankan kepolisian untuk bertindak profesional dalam menangani perkara ini.

TribunManado.com
Komisioner Kompolnas Poengky Indarti. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM - Penyebab pasti kematian Kasatresnarkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu masih misteri.

Kepolisian menyebut dugaan sementara AKBP Buddy tewas karena sengaja mengakhiri hidupnya dengan menabrakan diri ke kereta api yang melintas di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Sementara pihak keluarga tak meyakini AKBP Buddy tewas bunuh diri.

Pihak keluarga menduga kematian AKBP Buddy terkait dengan kasus yang sedang ditangani.

Sementara polisi masih menunggu hasil penyelidikan untuk memastikan penyebab tewasnya AKBP Buddy yang beru sebulan menjabat Kasatresnarkoba Polres Metro Jakarta Timur.

Baca juga: Pertanyakan Cek Jejak Digital AKBP Buddy Alfrits, Kompolnas: Apakah Ada Curhat?

Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti turut berkomentar terkait kematian AKBP Buddy.

"Saat ini Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya sedang menyelidiki apakah kematian Kasat Narkoba Polrestro Jakarta Timur akibat bunuh diri atau akibat lainnya.

Mohon ditunggu hasil penyelidikannya," kata Poengky, Minggu (30/4/2023).

Baca juga: Artis Catherine Wilson Kecurian, Pelakunya Ternyata ART Sendiri: Gasak Dolar Amerika Hingga Rupiah

Poengky pun menyarankan kepolisian untuk bertindak profesional dalam menangani perkara ini.

Termasuk, jika hasil penyelidikan nanti menyimpulkan jika AKBP Buddy ternyata dibunuh oleh jaringan narkoba seperti kecurigaan pihak keluarga.

"Jika almarhum meninggal karena dibunuh jaringan narkoba seperti yang diduga keluarga almarhum, maka aparat Kepolisian harus segera bergerak melakukan lidik sidik secara profesional berdasarkan scientific crime investigation untuk menemukan pelaku dan memproses hukum pelaku," ujar Poengky.

"Tetapi jika hasil penyelidikan menyatakan almarhum meninggal karena dugaan bunuh diri maka lidik sidik akan dihentikan," sambung dia.

Perhatikan Kesehatan Mental Anggota

Selain soal penyebab kematian, Poengky pun meminta Polri untuk memberikan pendampingan mental kepada para anggotanya untuk mengantisipasi adanya personel yang depresi dan berujung bunuh diri.

Untuk di tahun 2023 saja, ujar Poengky, sudah ada empat kasus polisi diduga bunuh diri yakni di Samosir, Sumatera Utara, Gorontalo, Banten dan terakhir yang dilakukan AKBP Buddy meski dengan motif yang berbeda-beda.

"Kami melihat bahwa polisi juga manusia biasa yang mempunyai beragam masalah dalam kehidupannya.

Oleh karena itu sangat penting bagi pimpinan untuk memperhatikan tidak hanya fisik atau jasmani anggota, melainkan juga perlu merawat mental atau psikis anggota," ujar Poengky.

Menurut Poengky, kesehatan mental prajurit menjadi hal yang harus diperhatikan.

Terlebih selama bekerja, para polisi ini  berada dalam tekanan yang cukup tinggi.

"Apalagi bagi mereka yang dalam melakukan tugasnya harus menghadapi tekanan tinggi, misalnya harus menghadapi para pelaku kejahatan.

Penting sekali pemeriksaan rutin fisik dan psikologi, serta menyediakan tempat konseling bagi anggota," tuturnya.

Dia berharap level konseling untuk para personel polri diberikan sampai ke tingkat polres.

Setahu saya Psikolog masih belum ada di level polres.

Mengingat beban kerja dan tingkat stress anggota tinggi, sebaiknya pimpinan polri dapat menyediakan psikolog untuk konseling di tiap Polres," ujarnya.

Keluarga Curiga Dibunuh Jaringan Narkoba

Sebelumnya, pihak keluarga Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur menduga kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu terkait dengan kasus yang sedang ditangani.

Dugaan ini karena beberapa saat sebelum jasad Buddy ditemukan di perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Jatinegara, korban sempat mendapat telepon dari seseorang tidak dikenal.

Panggilan telepon itu diduga membuat Buddy yang sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya memilih pergi dengan menggunakan taksi online.

Dalam hal ini pihak keluarga menilai sosok yang menghubungi Buddy sebelum kejadian bukan orang sembarang, karena membuat perwira menengah itu memilih pergi tidak dengan mobil pribadi.

Bahkan pada Sabtu (29/4/2023) sekira pukul 09.00 WIB Buddy dan seorang keponakanya sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya sebagai Kasat Narkoba.

"Apa karena jabatan baru ini mungkin diduga dia mau sidik (penyidikan). Karena Kasat Narkoba, kalau sidik kan berhadapan dengan mafia," kata Paman Buddy, Cyprus, Sabtu (29/4/2023).

Menurut pihak keluarga ada kemungkinan Buddy sudah meninggal terlebih dahulu sebelum tertabrak kereta api (KA) 320 Tegal Bahari lalu jasadnya dibiarkan di rel untuk menghilangkan barang bukti.

Mereka juga menolak hasil penyelidikan sementara Polda Metro Jaya bahwa Buddy memilih mengakhiri hidup karena semasa hidup tidak memiliki riwayat masalah kejiwaan, maupun ekonomi.

"Kami menduga mungkin sudah ada perbuatan sebelumnya. Dibunuh baru dibuang di tengah rel kereta. Namanya salah satu cara menghilangkan jejak," ujarnya.

Cyprus meminta kepada publik tidak menduga Buddy bunuh diri karena jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur masih melakukan penyelidikan.

Pihak keluarga meyakini penyebab kematian korban baru dapat dipastikan setelah sosok yang menelepon Buddy beberapa saat sebelum meninggal dunia terungkap.

"Siapa yang menelpon yang terakhir itu. Dari menelpon sampai dia berangkat itu enggak sampai satu jam meninggal. Handphonenya sekarang diamankan penyidik sebagai barang bukti," tuturnya. 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved