GMPK Jakarta Timur Nilai Pancasila Jadi Penangkal Mujarab Politik Identitas pada Pemilu 2024

GMPK Jakarta Timur mengungkapkan nilai-nilai Pancasila bisa menjadi penangkal mujarab bagi merebaknya politik identitas pada Pemilu 2024.

|
Istimewa
Diskusi Publik bertema 'Penguatan Demokrasi Pancasila' yang digelar GMPK Jakarta Timur pada Jumat (16/06/2023). GMPK Jakarta Timur mengungkapkan nilai-nilai Pancasila bisa menjadi penangkal mujarab bagi merebaknya politik identitas pada Pemilu 2024. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Gerakan Mahasiswa Pelajar Kebangsaan (GMPK) Jakarta Timur mengungkapkan nilai-nilai Pancasila bisa menjadi penangkal mujarab bagi merebaknya politik identitas pada Pemilu 2024.

Politik identitas biasanya dijadikan alat oleh oknum tertentu untuk memecah belah rakyat saat Pemilu.

Demikian dikatakan Ketua DPC GMPK Jakarta Timur, Sahabudin R dalam keterangan tertulis, Jumat (22/6/2023).

GMPK pun menyerukan pentingnya bangsa Indonesia mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Terutama, di tahun-tahun politik menjelang Pemilu 2024 yang rawan terjadi politik identitas. 

Baca juga: Sah, Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2024 di Kota Bekasi 1,8 Juta Orang : Naik Dibanding 2019

"Memasuki periode menuju pesta demokrasi 2024, jadikanlah nilai-nilai Pancasila sebagai lokomotif dalam melawan politik identitas, baik identitas ras, etnis, agama, maupun identitas sosial lainnya," kata Sahabudin.

Upaya GMPK menyerukan penguatan Pancasila itu juga dilakukan melalui gelaran Diskusi Publik bertema 'Penguatan Demokrasi Pancasila' yang digelar GMPK Jakarta Timur pada Jum’at (16/06/2023).

Dalam diskusi itu, Sahabudin mengingatkan, jangan sampai politik identitas merusak keutuhan bangsa Indonesia.

Dia mengatakan, Pancasila menjadi pedoman nilai-nilai untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta tidak saling bertentangan.

Baca juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila, Dari Pidato Bung Karno Hingga Dirumuskannya Dasar Negara

Selain itu, Sahabudin juga menyerukan agar Pancasila digunakan sebagai pedoman untuk saling menghormati saat menghadapi perbedaan pilihan di Pemilu legislatif maupun Pemilu presiden mendatang. 

"Karena itu ketika nanti kita menghadapi Pemilu, partai anda partai anda, partai kami partai kami. Jadi akur-akur saja. Jadi ini tidak perlu kita berbeda partai, berbeda capres, kemudian kita bermusuhan. Saya kira tidak selayaknya kita sebagai bangsa Indonesia, dan kita sebagai insan Pancasilais sejati, terpecah karena berbeda pilihan politik," ujarnya.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved