Tahanan Baru Tewas Dianiaya di Sel
Pencabul Anak Kandung Tewas di Tangan Rekan Satu Sel, Kasus Mirip Temuan Jasad Wanita Dalam Kardus
Tahanan kasus pencabulan anak kandung berinisial AR (50) tewas di sel Polres Metro Depok. Kasus mirip temuan jasad perempuan dalam karung di Kediri.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Tahanan kasus pencabulan anak kandung berinisial AR (50) tewas di sel Polres Metro Depok.
AR tewas di tangan delapan tahanan Polres Metro Depok yang kesal kasus yang menjerar pria berusia 50 tahun.
Dimana, AR mencabuli anak kandung sehingga dijebloskan ke tahanan Polres Metro Depok.
Kasus pencabulan anak kandung di Depok itu mirip dengan temuan jasad perempuan dalam karung di Kediri.
Jasad Desy Lailatul Khairiyah (20) ditemukan dalam karung di Jalan Raya Totok Kerot, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Sabtu (8/7/2023) lalu.
Baca juga: Kronologi Tahanan Tewas Dikeroyok di Sel Polres Depok: Pelaku Emosi Tahu Korban Cabuli Anak Kandung
Ibu dan kakek korban Sulastri (47) dan Maryono (68) menduga pelaku pembunuhan Desy yakni ayahnya atau suami Sulastri.
Sedangkan, polisi menduga Desy menjadi korban pemerkosaan. Namun masih dalam proses pendalaman.
"Masih dalam penelitian," ujar AKP Rizkika, Senin (10/7/2023).

Pemeriksaan toxicology juga dilakukan dan tengah berlangsung di laboratorium Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk mencari kemungkinan adanya racun pada tubuh korban.
Korban ditemukan dalam keadaan kaki dan tangan korban yang kondisinya terikat dalam karung, luka pada bagian kepala, hingga diduga masih hidup saat dibuang.
Rizkika menjelaskan, luka di kepala tersebut terjadi karena benturan namun hal itu tidak menjadi penyebab utama kematiannya.
"Hasil resume sementara bahwa korban mengalami luka di bagian kepala akibat benturan, tetapi tidak menyebabkan kematian," ujar Rizkika.
Dugaan Ibu Korban di Kediri

Ibunda Desy Lailatul Khairiyah, Sulastri mengaku tidak mendapatkan firasat apapun menjelang kematian putrinya dengan cara yang tragis.
Malahan Sulastri mengaku bertemu terakhir kalinya dengan putrinya, Rabu (5/7/2023) siang saat anaknya pulang waktu istirahat dari tempat kerjanya.
Pertemuan terakhir itu juga bukan firasat buruk yang dialaminya.
Baca juga: Kisah Tragis Tahanan di Depok Dianiaya Teman Satu Sel hingga Tewas di Hari Ulang Tahunnya
Pada saat bersamaan, Sulastri bersama suaminya, Suprapto (48) bertakziah ke rumah saudara di Blitar.
Sulastri menginap semalam, dan suaminya balik lagi.
Keesokan harinya, Kamis (6/7/2023), Sulastri dijemput lagi suaminya kembali ke rumahnya. Namun ia tidak mendapati putrinya lagi.
Diperoleh keterangan dari suaminya bahwa Desy telah mendapatkan pekerjaan baru di Kabupaten Lamongan.
Malahan suaminya pamit akan mengantarkan baju ganti untuk putrinya. Saat itu Sulastri mengaku ragu dengan pengakuan suaminya.
Karena anaknya tidak pernah bercerita mengenai rencana bekerja di Lamongan. Dan setelah suaminya pamit mengantar baju ganti anaknya ke Lamongan, sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.
Belakangan Sulastri mendapatkan kabar jika putrinya ditemukan meninggal terbungkus karung. Sulastri mencurigai pelaku utama kasus pembunuhan itu adalah Suprapto, suaminya dan ayah kandung anaknya sendiri.
Suprapto selama ini bekerja menjadi pengantar telur keluar kota milik juragan peternak telur ayam di Kabupaten Blitar. Sulastri berharap aparat kepolisian segera menangkap pelaku yang telah membunuh putrinya.
"Anak saya baik dan sudah bekerja," ungkapnya.
Hal senada dikatakan, Maryono (68), kakek korban yakin pelaku yang menghabisi putrinya adalah Suprapto menantunya sendiri.
Kecurigaan itu menguat karena menantu sejak Kamis (6/7/2023) menghilang sambil membawa sepeda motor sewaan yang biasa dipakai cucunya berangkat dan pulang kerja.
Termasuk HP milik cucunya juga dibawa serta. Maryono menduga cucunya dihabisi ayahnya sendiri dengan cara dianiaya atau dicekik di dalam kamarnya.
"Cucu saya dianiaya di dalam kamar. Saat saya pulang pengajian kamarnya masih gelap, sepeda motor dan helm juga tidak ada," jelasnya.
Diungkapkan Maryono, menantunya memang sering mengancam cucunya saat meminta diberi uang. Jika tidak diberi uang biasanya memberikan ancaman.
"Cucu saya sering cerita diancam ayahnya," ujarnya.
Maryono juga tidak habis pikir mengapa menantunya tega menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri. "Mungkin orangnya dendam dengan saya, karena cucunya sering mengadukan perlakuan ayahnya kepada saya," ungkapnya.
Pencabul Anak Tewas di Tangan Rekan Tahanan di Depok

Delapan tahanan Polres Metro Depok gelap mata menghabisi pencabul anak kandung berinisial AR (50) di sel.
Para tahanan mengaku emosi lantaran AR ditahan karena mencabuli anak kandungnya sendiri.
Mereka pun mengeroyok AR di dalam tahanan Polres Metro Depok. AR sempat pingsan sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Baca juga: Bantah Motif Uang Tewasnya Tahanan di Depok, Polisi: Para Pelaku Kesal Korban Cabuli Anak Kandung
Penyelidikan sementara, AR menderita sejumlah luka lebam di beberapa bagian tubuh.
Para pelaku menganiaya korban dengan tangan kosong dan sebatang pipa air.
AR pun menderita luka fatal di bagian bokong dan dada.
Namun keluarga AR memiliki alasan lain. Pihak keluarga korban berinisial J menerima informasi kerabatnya sempat dimintai uang sebesar Rp 1,5 juta oleh 'kepala kamar' saat dimasukkan ke dalam sel tahanan.
Lantaran tak bisa memenuhi permintaan dari 'kepala kamar' itu, akhirnya korban dianiaya hingga meninggal dunia.
Tetapi, informasi tersebut dibantah polisi.
Motif Pelaku
Polisi mengungkapkan motif dibalik penganiayaan tahanan hingga meninggal dunia di Polres Metro Depok.
Wakasat Reskrim Polres Metro Depok, AKP Nirwan Pohan, mengatakan, penganiayaan ini dipicu oleh kesalnya para pelaku terhadap kasus korban yang mencabuli anak kandungnya sendiri.
Bagi para pelaku, perbuatan bejat AR membuat mereka panas.
"Pemicunya berawal karena si korban ini kasusnya adalah cabul terhadap anak kandung. Mungkin para pelaku ini kesal karena dilakukan terhadap anak kandung sendiri," tutur Nirwan saat ungkap kasus di Polres Metro Depok, Pancoran Mas, Senin (10/7/2023).
"Jadi saat korban ditanya, kasusnya apa, pencabulan anak kandung sendiri, akhirnya itu menjadi pemicu para pelaku kesal terhadap korban," sambungnya lagi
Nirwan mengatakan, korban sempat pingsan pasca dianiaya para pelaku.
Melihat korban pingsan, para pelaku pun panik dan melaporkan hal tersebut ke petugas penjagaan tahanan.
"Sempat korban itu pingsan. Setelah pingsan, pelaku panik dilaporkan ke penjaga, kemudian oleh penjaga tahanan dicek pada saat itu sempat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter menyatakan korban meninggal dunia," ungkapnya.
"Setelah korban meninggal dunia, langsung dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk dilaksanakan otopsi," sambungnya lagi.
Dari penyelidikan sementara korban menderita sejumlah luka lebam di beberapa bagian tubuhnya.
"Hasil visum resminya belum. Namun, luka-luka di luar ada di tubuhnya, di bokong, dada, dan punggung," kata Nirwan.
Nirwan mengungkapkan luka fatal pada tubuh korban ada di bagian bokong dan dada.
"Yang fatal di pantat, dada. Kalau menyebabkan kematian masih nunggu hasil autopsi," bebernya.
Lebih lanjut, Nirwan bilang penganiayaan korban dilakukan para pelaku menggunakan tangan kosong dan sebatang pipa air.
Nirwan bilang para pelaku penganiayaan terhadap korban ini dijerat Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan.
"Pasal 170 KUHP Ayat 2E atau Pasal 351 Ayat 3," pungkasnya. (TribunJakarta.com/TribunJateng/Surya.id)
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Ayah dari Gadis Meninggal Dalam Karung di Kediri Menghilang, Korban Diduga Diperkosa,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.