Pria Obesitas 200 Kilogram Meninggal

Telepon Terakhir dari Cipto Pria Obesitas 200 Kg Sebelum Meninggal, Sang Kakak Buru-buru ke RSCM

Namun siapa sangka, telepon itu adalah yang terakhir Ristanto mendengar suara adiknya sebelum akhirnya meninggal beberapa jam kemudian.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Yogi Jakarta
Warta Kota/Gilbert Sem Sandro
Menjelang magrib, ponsel Ristanto berbunyi karena panggilan dari adiknya, Cipto yang sedang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Menjelang magrib, ponsel Ristanto berbunyi karena panggilan dari adiknya, Cipto yang sedang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Setelah mengangkat telepon tersebut, Ristanto buru-buru ke rumah sakit mendatangi sang adik, Selasa (18/7/2023).

Namun siapa sangka, telepon itu adalah yang terakhir Ristanto mendengar suara adiknya sebelum akhirnya meninggal beberapa jam kemudian.

Cipto yang tengah berjuang melawan penyakit dan obesitasnya itu meninggal dunia sekira pukul 03:00 WIB, Rabu (19/7/2023).

"Inalilahi wainalilahi rojiun, Cipto tadi pagi pukul 03.00 WIB meninggal dunia," kata Ristanto, Rabu.

Belum sempat Ristanto melihat wajah Cipto setelah menerima panggilan telepon terakhir sang adik.

Pasalnya setelah tiba Ristanto di rumah sakit, kondisi Cipto mendadak kritis hingga harus menjalani tindakan lanjutan.

Ristanto diminta untuk tidak masuk ke ruang perawatan Cipto lantaran kondisi adiknya kritis.

Bahkan di ruangan, Cipto sedang ditangani oleh delapan orang dokter.

"Setelah itu saya ketemu dokternya karena dia maksa, terus dicegat sama dokternya 'enggak boleh pak, itu lagi darurat di dalam ada delapan dokter'," ucap Ristanto menceritakan kondisi kala itu.

Akhirnya Ristanto hanya bisa menunggu di luar ruangan saat Cipto sedang berjuang hidup.

Baca juga: Obesitas 200 KG Merenggut Nyawanya, Cipto Pernah Jadi Tukang Ojek tapi Tak Dilirik Penumpang

Sekira tengah malam, dokter memanggil Ristanto untuk meminta persetujuan tindakan karena Cipto mengalami dahak berdarah.

"Minta persetujuan karena itu dahaknya keluar darah akhirnya dokter ambil tindakan bahwa mau dimasukkin selang yang ada kameranya, jadi mau mengetahui bahwa penyakitnya apa, karena airnya banyak banget, di dalam paru-paru itu," jelasnya.

Sebelum menyetujui hal itu, Ristanto sempat bertanya persentase keberhasilan Cipto selamat.

Namun dokter mengatakan kemungkinan Cipto selamat adalah 95 persen sementara 5 persen bisa henti jantung.

Cipto Raharjo, pria obesitas 200 Kg asal Tangerang akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Cipto Raharjo, pria obesitas 200 Kg asal Tangerang akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, 11 hari setelah dirujuk ke rs Cipto meninggal. (Warta Kota/Gilbert Sem Sandro)

"Saya tanya ini besar kemungkinan gimana dokter? (Dokter menjawab) 'Ya namanya alat pasti ada risikonya, pak'," ujar Ristanto.

"Lah saya tanya lagi, ini berapa persen, 'Ya 95 persen bisa selamat, tapi 5 persennya bisa gagal bisa henti jantung'. Ya sudah akhirnya dikerjakan, katanya enggak ada pilihan lain," jelas dia lagi.

Kepada Ristanto, dokter menyampaikan tindakan ini adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan saat itu. Namun, setelah tindakan selesai, kondisi adiknya, Cipto malah semakin memburuk.

"Ini udah dikerjakan, kondisinya (Cipto) semakin parah, yang tadi tekanan darahnya 100 sekarang berubah jadi 50," ujar dia.

Ristanto sempat memasuki ruang Cipto dirawat, kala itu sang adik mengalami koma.

Kemudian sekitar pukul 03:00 WIB, Cipto menghembuskan nafas terakhirnya.

"Masuk saya, dia sudah koma, akhirnya jam tiga lewat (meninggal), jantungnya sudah berhenti, jantungnya dipompa kan enggak bisa bisa, dinyatakan meninggal," jelas Ristanto.

Pernah tak dilirik penumpang karena postur tubuh

Semua tentang Cipto, pria obesitas 200 Kg asal Tangerang itu kini hanya tinggal kenangan.

Baca juga: Detik-detik Cipto Pria Obesitas Asal Tanggerang Meninggal, Koma Lalu Tekanan Darah Turun Drastis

Semasa hidupnya, Cipto begitu merasakan banyak penderitaan.

Cipto pernah bercerita ia mengalami obesitas sejak tahun 2015.

Tak hanya itu saat obesitas, Cipto pernah menjadi tukang ojek tetapi tak dilirik penumpangnya lantaran bobot tubuhnya yang berlebih.

Tak hanya itu, ia juga mengenakan pakaian tidak seperti orang pada umumnya.

"Dulu sempat jadi tukang ojek, tapi enggak ada ada yang mau, sebelumnya juga saya kerja jadi sopir bus antar kota antar provinsi," kata Cipto saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/7/2023).

Apalagi, kini Cipto juga tidak bisa memakai celana karena tak ada yang muat.

"Saya juga kemana-mana pake sarung," katanya.

Cipto juga tidak mampu untuk berjalan selama sepekan terakhir.

"Saya obesitas begini sudah dari tahun 2015, tapi baru enggak bisa jalan seminggu terakhir ini," ujar Cipto Raharjo.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved