Pilpres 2024

Buntut Bertemu Prabowo, Budiman Sudjatmiko Dicap Rekan Aktivis Khianati Perjuangan Reformasi

Budiman Sudjatmiko mendapat cap pengkhianat dari para rekannya sesama aktivis 98 lantaran bertemu dan menyanjung bakal capres Prabowo Subianto.

|
Elga Hikari Putra/TribunJakarta.com
Eks Sekjen PRD periode 1996-2002, Petrus H Hariyanto (tengah) di kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023). Ia mengecam tindakan rekan seperjuangannya di era Orde Baru yakni Budiman Sudjatmiko yang bermanuver bertemu Prabowo Subianto. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Buntut pertemuannya dengan bakal capres Gerindra, Prabowo Subianto, politikus PDIP yang juga eks aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Budiman Sudjatmiko dicap jelek oleh rekan seperjuangannya di masa Orde Baru.

Para eks aktivis PRD yang kini tergabung dalam Front Rakyat Demokratik (FRD) untuk Keadilan Korban Penghilangan Paksa menyebut manuver Budiman itu sama saja mengkhianati perjuangan mereka merebut reformasi.

"Dia bukan hanya mengkhianati perjuangan teman-temannya, tapi juga mengkhianati perjuangannya sendiri yang diculik, dipenjara bersama teman-teman pro demokrasi untuk membuka demokrasi dan menguburkan kediktatoran Soeharto," tegas Eks Sekjen PRD periode 1996-2002, Petrus H Hariyanto di kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).

Petrus tak habis pikir dengan langkah Budiman yang secara terang-terangan memuji Prabowo. 

Padahal, di mata aktivis pro demokrasi, Prabowo merupakan nama yang dikenal memiliki dosa pelanggaran HAM berat di masa Orde Baru.

Bahkan, berdasarka data dari Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) hingga kini ada 13 aktivis korban penculikan yang hingga kini belum kembali.

Dimana empat diantaranya merupakan aktivis PRD yakni Wiji Thukul, Bima Petrus, Herman Hendrawan dan Suyat.

"Dan itu justru sekarang dia (Budiman) kangkangi yakni berkoalisi dengann para penculiknya. Kami mengecam, menyayangkan langkah-langkah Budiman," kata Petrus.

Menurut Petrus, manuver Budiman itu juga memberi efek negatif kepada para aktivis yang selama ini masih konsisten menuntut keadilan dan pengusutan kasus pelanggaran HAM masa lalu.

"Orang akan menilai aktivis kalau sudah besar menjadi politisi akan merubah nilai perjuangan aktivis. Saya pikir konotasi itu akan menjadi bahan olok-olokan," tuturnya terhadap sikap Budiman.

Terlepas dari sikap Budiman yang dianggapnya telah melenceng, Petrus menegaskan, dia dan puluhan eks aktivis PRD masih tegak lurus berjuang agar pelanggar HAM berat masa lalu bisa diproses hukum.

"Kami hari ini ingin mengembalikan marwah bahwa tidak semuanya seperti Budiman. Kami masih banyak yang konsen bahkan mewakafkan diri bahwa persoalan masa lalu harus diungkap termasuk dalam kasus penculikan yang dilakukan oleh Prabowo yang hari ini menjadi capres."

"Kami ingin mengembalikan nilai-nilai aktivis yang mengedepankan kejujuran, mengedapankan terhadap hak asasi manusia dan kemanusiaan," bebernya.

Eks Sekjen PRD periode 1996-2002, Petrus H Hariyanto (tengah) di kantor YLBHI.
Eks Sekjen PRD periode 1996-2002, Petrus H Hariyanto (tengah) di kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023). Ia mengecam tindakan rekan seperjuangannya di era Orde Baru yakni Budiman Sudjatmiko yang bermanuver bertemu Prabowo Subianto.

Petrus menegaskan penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu sebagai syarat pembangunan persatuan bangsa.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved