Sebut ITF Sunter Warisan Anies Kemahalan, Heru Budi Kini Alokasikan Rp 1 T Lebih Buat RDF Rorotan

Biaya yang digelontorkan Permprov DKI tak main-main demi menggantikan program ITF Sunter inisiasi Anies Baswedan yang disebutnya kemahalan.

Kolase Foto TribunJakarta
Kolase Foto Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono dan ITF Sunter. Heru kini menggantikan program ITF Sunter yang diinisiasi Gubernur Anies Baswedan dengan program RDF. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Asep Kuswanto menyebut, anggaran lebih dari Rp 1 triliun bakal disiapkan untuk membangun tempat pengolahan sampah dengan sistem refuse derived fuel (RDF).

Menurut rencana, anggaran sebesar itu hanya digunakan untuk membangun satu RDF Plant di kawasan Rorotan, Jakarta Utara.

“Totalnya sudah teralokasikan Rp1 triliun lah, antaran Rp1,02 triliun atau Rp1,03 triliun untuk satu titik (RDF) di Rorotan,” ucap Asep saat dikonfirmasi, Rabu (2/8/2023).

Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono ini bilang, anggaran Rp1 triliun lebih itu bakal dialokasikan di APBD 2024 mendatang.

“Anggaran (pembangunan RDF Rorotan) masuk APBD murni 2024,” ujarnya.

Menurut rencana, RDF Rorotan ini bakal dibangun di lahan seluas 9,3 hektare milik Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut).

Untuk saat ini, DLH DKI tengah mengurus pemindahan aset dari Distamhut.

“Mudah-mudahan (proses administrasi) selesai di akhir tahun ini. Sehingga tahun depan, Januari itu kami sudah (mulai bangun RDF Rorotan),” tuturnya.

Selain RDF Rototan, Pemprov DKI juga berencana membangun tempat pengolahan sampah di daerah Pegadungan, Jakarta Barat.

Kolase Foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan ITF Sunter.
Kolase Foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan ITF Sunter. (Kolase Foto TribunJakarta)

Untuk pembangunan RDF Pegadungan ini, Asep tak menjelaskan lebih rinci kapan proses pengerjaan konstruksi bakal dimulai.

“Saat ini baru RDF di Rorotan yang sudah teralokasikan (anggaran pembangunannya),” kata Asep.

Sebagai informasi, proyek RDF jadi andalan Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono untuk mengatasi masalah sampah di ibu kota.

Sebelumnya, Pemprov DKI sudah berhasil membangun RDF di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.

Bahkan, Pemprov DKI sudah berhasil menjual 80 ton bahan bakar alternatif hasil pemilahan sampah RDF Bantar Gebang ke dua perusahaan berbeda.

Adapun dua perusahaan itu ialah PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Solusi Bangun Indonesia (BSI).

Harga yang dipatok untuk bahan bakar alternatif hasil pengolahan RDF itu mencapai 24 dollar AS atau setara Rp360.000 per ton (asumsi 1 dollar AS setara Rp15.000).

Melihat keberhasilan ini, Heru Budi lantas memutuskan fokus membangun dua RDF lainnya di Rorotan dan Pegadungan dibandingkan melanjutkan program pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang digagas di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.

Pasalnya, nilai investasi dan biaya operasional ITF Sunter dinilai terlalu tinggi sehingga dianggap bisa membebani keuangan daerah.

“Investasi (ITF) itu bisa lebih dari Rp5 triliun, Pemda DKI bukan tidak mau, konsep itu bagus, ITF bagus dan RDF juga bagus,” kata Heru.

“Tapi sekali lagi, Pemda DKI tidak mampu membayar tipping fee,” sambungnya.

ITF Sunter merupakan program pengolahan sampah menjadi energi listrik yang digagas di era Gubernur Anies Baswedan.

Anies pun menggadang-gadang ITF sebagai proyek masa depan untuk mengatasi masalah sampah di ibu kota.

Peletakan batu pertama atau groundbreaking pun langsung dilakukan di awal masa kepemimpinannya di tahun 2018 silam.

Namun, sangat disayangkan pembangunan ITF Sunter tak kunjung terselesaikan hingga Anies purnatugas pada Oktober 2022.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved