Tim Dokter Upayakan Pemulihan Saluran Napas dan Pencernaan Sultan Rif'at Alfatih

Sultan Rif'at Alfatih (20) kini harus menggunakan alat bantu pernapasan karena luka di leher akibat terjerat kabel fiber optik.

Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Kolase TribunJakarta.com/Kompas.com
Sultan Rifat Alfatih (20), seorang mahasiswa harus menggunakan alat bantu di leher untuk bernapas usai terjerat kabel fiber optik menjuntai di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Sultan Rif'at Alfatih (20) kini harus menggunakan alat bantu pernapasan karena luka di leher akibat terjerat kabel fiber optik di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.

Kepala Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Brigjen Hariyanto mengatakan Sultan harus menggunakan alat bantu pernapasan kanul trakeostomi karena belum bisa bernafas melalui hidung.

"Ananda tidak bisa bernapas lewat hidung, tapi kita buka di sini (leher). Di rumah sakit sebelumnya dikasih kanul, saluran begitulah untuk bernafas," kata Hariyanto, Sabtu (5/8/2023).

Tidak hanya masalah pernapasan, akibat luka yang dialami Sultan kini bahkan tidak bisa mengkonsumsi makanan melalui mulut sebagaimana sebelumnya sehingga harus selang alat bantu medis.

Makanan yang dikonsumsi pun dalam bentuk cair, hal ini yang mengakibatkan merosotnya bobot tubuh Sultan dari sebelum kecelakaan 68 kilogram menjadi 46 kilogram.

"Untuk makan juga enggak bisa lewat mulut, tapi harus lewat hidung. Kasih selang sedikit kecil ke bawah lambung. Makannya dengan cara cair. Masih seperti itu," ujarnya.

Hariyanto menuturkan pada tahap awal perawatan, tim medis gabungan berupaya memulihkan kondisi umum dan bobot tubuh yang merosot drastis dengan melibatkan ahli gizi.

Setelah bobot tubuh Sultan kembali, barulah tim medis gabungan dari RS Polri Kramat Jati, RS Fatmawati, dan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan menentukan langkah medis yang diambil.

"Kita melihat jalan nafasnya dan jalan makanan seperti apa. Apakah perlu dioperasi atau hanya dikembangkan. Namanya endoskopi, nanti harus pemeriksaan itu," tuturnya.

Sementara terkait berapa lama Sultan harus menjalani rawat inap hingga kondisinya pulih, Hariyanto mengatakan hak tersebut bergantung pada perkembangan perawatan.

Dia memastikan tim medis gabungan yang beranggotakan sebanyak 45 orang akan memberikan penanganan medis maksimal agar Sultan dapat pulih, dan beraktivitas sediakala.

Dokter yang terlibat di antaranya spesialis THT, bedah digestif, bedah, penyakit dalam, penyakit dalam konsultan gastro hepatologi, anestesi, anestesi konsultan intensive care, ahli, dan fisioterapis.

"Kita nilai, asesmen, hasil pemeriksaan seperti apa itulah yang menentukan seperti apa nantinya. Kita enggak bisa memperkirakan saat ini. Tapi nanti sambil berjalan kita update" lanjut Hariyanto.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved