Jurus Heru Budi Antisipasi Buruknya Kualitas Udara Jakarta: Kendaraan Listrik hingga Tanam Pohon

Heru Budi Hartono mengungkap jurusnya untuk mengatasi masalah kualitas udara di ibu kota yang terus memburuk dalam beberapa hari terakhir ini.

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono didampingi Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim menanam pohon di Jalan Agung Perkasa 8, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (7/7/2023). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkap jurusnya untuk mengatasi masalah kualitas udara di ibu kota yang terus memburuk dalam beberapa hari terakhir ini.

Orang nomor satu di DKI bilang, salah satu upaya yang dilakukannya ialah menambah ruang terbuka hijau (RTH).

“Kami setiap Minggu menambah RTH, setiap kelurahan tiap tiga bulan menambah ruang terbuka hijau. RTH yang sekarang dirawat termasuk media tanam pohon,” ucapnya saat ditemui di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendgari), Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2023).

Untuk mengurangi polusi udara yang sebagian besar disumbang oleh sektor transportasi, Heru Budi menyebut, Pemprov DKI terus menggalakkan penggunaan kendaraan listrik.

Salah satunya dengan mengganti armada bus Transjakarta konvensional dengan kendaraan listrik.

Selain itu, Pemprov DKI juga terus berupaya mengganti kendaraan operasional jajarannya menjadi lebih ramah lingkungan. 

“Konsep DKI kan sudah jelas, bus listrik, kendaraan bermotor untuk (operasional) petugas juga listrik,” tuturnya.

Selain itu, Pemprov DKI juga terus melakukan sosialisasi terkait penggunaan transportasi umum, sehingga masyarakat bisa beralih menggunakan angkutan massal.

“Kami menggalakan transportasi moda umum, seperti kereta umum, MRT, LRT, dan lain-lainnya,” kata Heru Budi.

Sebagai informasi, kualitas udara di Jakarta sempat jadi yang terburuk versi situs IQAir pada Selasa (8/8/2023) kemarin.

Indeks Kualitas Udara (AQI) di hari itu sekira pukul 05.00 WIB mencapai 160 dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 72 mikrogram per meter kubik.

Nilai ini menempatkan kualitas udara Jakarta jadi yang paling terburuk di dunia disusul Johannesburg, Afrika Selatan (152); Beijing, Tiongkok (152); Santiago, Cili (131); dan Lahore, Pakistan (112).

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved