Megawati Blak-blakan Bilang ke Jokowi Bubarkan KPK: Enggak Efektif!

Megawati pun tak masalah jika pernyataan itu dianggap terlalu blak-blakan oleh sejumlah pihak.

|
Editor: Acos Abdul Qodir
Tribunnews/Irwan Rismawan
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Bakal Calon Presiden 2024 Dari PDIP Ganjar Pranowo saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Sekolah Partai PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023). Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengambil tema 'Fakir Miskin dan Anak Telantar Dipelihara oleh Negara'. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Presiden ke-5 Republik Inidonesia sekaligus Ketua Umum PDIP dan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri blak-blakan dirinya pernah bicara tentang pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena keberadaannya saat ini dinilai tidak berjalan efektif.

Padahal, diketahui lembaga antirasuah itu berdiri pada tahun 2002 saat dirinya menjabat presiden.

Hal itu disampaikan Megawati saat menjadi pembicara dalam acara Sosialisasi Buku Teks Utama Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka, di The Tribrata, Jakarta, Senin (21/8/2023).

Megawati mulanya berbicara tentang kondisi rakyat yang masih miskin dan korupsi masih terjadi.

"Saya sampai kadang-kadang bilang sama Pak Jokowi, 'sudah deh bubarkan saja KPK itu Pak, menurut saya enggak efektif'," kata Megawati di The Tribrata, Jakarta, Senin (21/8/2023).

"Lihat noh rakyat yang masih miskin, ngapain kamu korupsi akhirnya masuk penjara juga, bohong kalau enggak kelihatan, persoalannya penegak hukumnya mau tidak menjalankan hukum di Indonesia ini yang sudah susah payah saya buat," kata Megawati.

Hal itu menjadi sorotan Megawati, karena pemerintah tetap memungut pajak dari warga dengan dalih kewajiban untuk negara.

"Untuk apa dia mejeng-mejeng doang, coba bayangkan, rakyat kan kasihan disuruh bayar pajak itu, kalau dengerin kan merintih saya. Sudah begitu katanya orang pajak, 'ya ini kan harus dibayar untuk negara'. Gile gue bilang, padahal sudah gitu ditilep," ujarnya.

Megawati pun tak masalah jika pernyataan itu dianggap terlalu blak-blakan oleh sejumlah pihak.

Menurutnya, KPK adalah lembaga yang berdiri pada masa pemerintahannya sebagai Presiden kelima Republik Indonesia (RI).

"'Ibu nih kalau ngomong ces pleng', lho saya yang membuatnya (KPK) kok," kata Megawati.

Dikutip dari website museum kepresidenan RI, pendirian KPK saat itu didasari karena Megawati melihat banyak institusi saat itu terlalu kotor.

Jauh sebelumnya, ide awal pembentukan KPK sudah muncul di era Presiden BJ Habibie yang mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN.

Habibie kemudian mengawalinya dengan membentuk berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.

Agar lebih serius lagi dalam penanganan pemberantasan korupsi, presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).

Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin Hakim Agung Andi Andojo.

KPK merupakan lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas.

KPK mempunyai empat tugas penting yakni, koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sementara dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait.

Megawati Rapikan Dasi Ketua KPK Firli Bahuri

Tangkap layar Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merapikan dasi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri setiba di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, jelang acara idato kenegaraan Presiden RI Joko Widodo, Rabu (16/8/2023).
Tangkap layar Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merapikan dasi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri setiba di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, jelang acara idato kenegaraan Presiden RI Joko Widodo, Rabu (16/8/2023). (Kompas Tv)

Beberapa hari atau tepatnya empat hari sebelum menyampaikan pernah mengusulkan pembubaran KPK, Megawati sendiri sempat merapikan dasi yang dikenakan Ketua KPK saat ini, Firli Bahuri

Aksi itu dilakukan Ketua Umum PDIP itu saat tiba di Gedung DPR RI untuk menghadiri pidato kenegaraan Presiden Jokowi, Rabu (16/8/2023).

Megawati datang mengenakan kebaya putih dipadu kain merah.

Setibanya di Gedung DPR, Megawati langsung bertemu dengan Firli Bahuri.

Dalam kesempatan itu, Firli Bahuri yang mengenakan setelan jas tampak tersenyum menyambut Magawati.

Namun tak berselang lama, Megawati justru menghampiri dan merapikan dasi Firli.

Ketua KPK itu pun membungkukkan badan ketika Megawati merapikan dasinya.

Selain Megawati, hadir pula sejumlah kader PDIP, di antaranya Menpan-RB Azwar Anas, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga, dan Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah.

Momen Megawati merapikan dasi Firli pun menuai sorotan.

Namun, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata justru menganggap tindakan Megawati sebagai hal biasa.

“Ya wajar saja. Kalian bisa juga misalnya saya pakai dasi ini, dasi saya enggak rapi, kan bisa kalian, ‘Pak dasinya enggak rapi’, lurusin,” ujar Alexander, dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/8/2023).

Alexander tak tahu pasti apakah Firli memiliki kedekatan dengan Megawati.

Namun, ia memastikan Firli dan Megawati memang saling mengenal.

Sebab, Firli yang berasal dari korps Polri itu pernah menjadi ajudan Wakil Presiden Boediono.

“Ya secara pergaulan mungkin lebih luaslah, Pak Ketua itu networking-nya, dibanding saya ya. Saya enggak kenal siapa-siapa,” tutupnya.

Di sisi lain, Ketua DPP PDIP, Said Abdullah turut buka suara soal aksi Megawati merapikan dasi Firli.

Menurut dia, Megawati merupakan sosok yang memiliki empati luar biasa.

"Ibu Mega itu teliti lho. Ibu itu empatinya kepada siapapun luar biasa," kata Said pada sela-sela sidang Tahunan MPR RI 2023 di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Said menjelaskan Megawati memperbaiki posisi dasi Firli merupakan sebuah kebetulan.

"Ibu suka diperhatiin satu-satu. Kebetulan barang kali dasinya Pak Firli dilihat ibu 'Ahh ini agak miring sedikit mesti dilurusin'," ungkapnya.

Ketua Badan Anggaran (Banggr) DPR RI ini menyebut tak ada makna di balik aksi Megawati itu.

"Enggak ada (makna), emang sebenarnya elit kita sebenarnya guyub. Elite kita ingin menunjukan keguyuban pada tetap pada porsinya masing-masing," ucap Said.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved