Pemilu 2024
Survei Litbang Kompas: 11 Partai Gagal Ke Senayan, Termasuk PPP dan PAN Serta Semua Partai Baru
urvei terbaru Litbang Kompas mengungkapkan, hanya 7 partai peserta Pemilu 2024 yang lolos ambang batas parlemen.
TRIBUNJAKARTA.COM - Survei terbaru Litbang Kompas mengungkapkan, hanya 7 partai peserta Pemilu 2024 yang lolos ambang batas parlemen atau parliamentary treshold.
Seperti diketahui, untuk bisa lolos ke Senayan, alias duduk di kursi DPR RI, partai harus meraih suara sebesar 4 persen pada Pileg 2024.
Namun, dari 18 partai perebut kursi dewan Senayan, 11 di antaranya masih mendapat elektabilitas atau keterpilihan di bawah 4 persen.
Jika Pileg 2024 digelar saat survei tersebut dilaksanakan, 27 Juli - 7 Agustus 2023, maka lebih banyak partai yang tidak bisa mendudukkan kadernya di DPR RI selama 2024-2029.
Mengutip Kompas.com, berikut elektabilitas 11 partai yang tidak lolos ambang batas parlemen versi Litbang Kompas.
PAN dan PPP adalah partai yang pada periode 2019-2024 berhasil masuk parlemen, kini mendapat elektabilitas di bawah 4 persen, PAN (3,4 persen) dan PPP (1,6 persen).
Sedangkan partai baru maupun nonparlemen tidak ada yang mendapat elektabilitas di atas 4 persen.
Partai nonparlemen dengan perolehan elektabilitas tertinggi adalah Perindo, dengan 3,4 persen.
Di bawah tiga partai tersebut, elektabilitasnya di bawah 1 persen.

Mayoritas mereka adalah partai baru, namun ada juga partai lama.
Partai-partai tersebut adalah Partai Hanura (0,8 persen), PSI (0,8 persen), Partai Garuda (0,5 persen), Partai Gelora (0,4 persen), Partai Ummat (0,2 persen), PBB (0,1 persen), dan Partai Buruh (0,1 persen).
Yang dimaksud partai baru di sini adalah Partai Gelora, Partai Ummat dan Partai Buruh karena pertama kali mengikuti Pemilu.
Di sisi lain, Partai kebangkinan Nusantara (PKN) tidak terekam pada hasil survei tersebut. Namun PKN tidak termasuk yang lolos ambang batas parlemen.
7 Partai Lolos
Sedangkan partai yang elektabilitasnya memenuhi ambang batas parlemen adalah PDIP (24,4 persen), Partai Gerindra (18,9 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (7,6 persen), Partai Golkar (7,2 persen).
Kemudian, Partai Demokrat (7,0 persen), Partai Keadilan Sejahtera (6,3 persen), dan Partai Nasdem (5,9 persen).
Peneliti Senior Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas, menggarisbawahi soal raihan elektabbilitas PDIP dan Gerindra yang terus menanjak.
Menurut Toto, kedua partai itu memang secara konsisten terus naik elektabilitasnya.

Litbang Kompas sudah membaca kenaikan PDIP sejak Oktober 2022 lalu,
"Dua partai itu kenapa leading dan cenderung naik. Jadi kenaikan PDIP ini konsisten sejak Oktober 2022, dan kenaikan yang dicapai PDIP itu hampir mencapai sama dengan awal periode pemerintahan (Jokowi) kedua ini, survei kami di 2019 atau awal 2020," papar Toto di program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Kamis (24/8/2023).
Sedangkan kenaikan Gerindra hari ini, adalah yang tertinggi sejak delapan tahun lalu, 2015.
Saat itu, Litbang Kompas pertama kali melakukan survei, dan angka elektabilitas Gerindra terus naik hingga hari ini.
"Gerindra, bahkan angka sekarang ini merupakan yang tertinggi sepanjang delapan tahun kami melakukan survei sejak Januari 2015," ujar Toto.

Salah satu faktor yang membuat PDIP dan Gerindra sukses mengerek elektabilitas, karena sosok bakal capres yang diusung.
PDIP mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal capres, sedangkan Gerindra mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto.
"Jadi kedua partai ini memang memanen elektabilitas yang menguntungkan, apakah itu terkait dengan capres yang diusung, itu memang terlihat karena pada saat yang sama elektabilitas Pak Ganjar juga naik, elektabilitas Pak Prabowo juga naik," paparnya.
Sebagai informasi, survei Litbang Kompas dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi.
Metode ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error penelitian ±2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Survei ini dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.