Jasad Ibu dan Anak Sudah Jadi Tengkorak
Akhiri Hidup di Ruang Sempit, Mayat Ibu-Anak Tinggal Tengkorak di Depok Mati Lemas Kurang Oksigen
Grace (64) dan David (38) mengakhiri hidup di ruang sempit. Jasad ibu-anak tinggal tengkorak di Depok itu mati lemas karena kurang oksigen.
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Tim dokter dari RS Polri dan RSCM mengungkap penyebab tewasnya ibu dan anak di perumahan di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat.
Jasad korban bernama Grace (64) dan David (38) ditemukan tinggal tengkorak di rumahnya pada 7 September 2023.
Dokter Asri dari RS Polri mengatakan, kedua korban meninggal dunia karena kekurangan oksigen.
"Kami merunutkan bahwa kelainan keadaan organ dalam pada jenazah ini akan mengakibatkan risiko kerentanan yang tinggi, pada kondisi kurangnya O2 dalam ruangan sehingga menyebabkan kematian," kata Asri kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (6/10/2023).
Terlebih, sambung Asri, Grace dan David berada di ruangan sempit yang tertutup.
"Ditunjang dengan kondisi TKP yang sempit, akan mengakibatkan korban mati lemas atau kita kenal dengan bahasa forensik adalah asfiksia," ujar dia.
Di sisi lain, ia memastikan ibu dan anak tersebut tidak mengalami keracunan sebelum meninggal dunia.

"Untuk dugaan keracunan dari Puslabfor didapatkan bahwa tidak ada zat berbahaya atau racun di dalam tubuh korban," ungkap Asri.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan, pihaknya menemukan dua tulisan di rumah korban.
Tulisan pertama ditemukan di handphone (HP) yang berisi keluhan korban David dan dibuat pada 23 Februari 2017.
"Itu yang berbunyi 'saya sudah capek dengan kehidupan, saya capek dengan semua kebohongan, saya capek dengan mama saya yang delusional dan tidak pernah sadar-sadar, saya sudah depresi selama 2 tahun, saya mau bunuh diri'," kata Hengki.
Hengki menambahkan, pihaknya juga menemukan tulisan lain berjudul "to you whomever" yang dibuat pada 27 Juli 2023.
"Di sini sudah kita translate dalam bahasa Indonesia. 'Jika ada yang membaca ini, maka itu saya sudah mati bersama ibu saya. Tergantung apakah dia akan menunjukannya atau tidak'," ucap dia.
"Nah ini penting nanti penjelasan berikut. Dan di paragraf berikutnya tertulis di sini, 'sejujurnya saya terkejut saya tidak bunuh diri di awal'," imbuhnya.
Proses penyelidikan memakan waktu selama sekitar satu bulan sejak dua jenazah korban ditemukan pada 7 September 2023.
Dalam kasus ini, polisi melibatkan Laboratorium Forensik (Labfor), Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor), tim dokter forensik dari RSCM, dan Fakultas Kedokteran Forensik Universitas Indonesia.
Hengki mengatakan, hal pertama yang dilakukan polisi adalah memastikan identitas jasad ibu dan anak tersebut.
Hasil tes DNA membenarkan bahwa kedua jasad yang ditemukan adalah ibu dan anak bernama Grace dan David Ari Wibowo.
"Kita juga mengundang Kedokteran Forensik Polri, diperkuat lagi kita juga mengundang odontologi forensik untuk pemeriksaan gigi dan sebagainya. Jenazah ini harus dipastikan dulu, ini siapa sebenarnya identitasnya. Jangan sampai identitasnya ini ternyata jenazahnya berbeda. Itu yang harus kami kawal," kata Hengki.
Setelahnya, sambung Hengki, pihaknya mengidentifikasi jejak-jejak dan sidik jari yang ada di tempat kejadian perkara (TKP).
Tujuannya untuk mencari tahu kemungkinan korban mengalami penganiayaan sebelum meninggal dunia.
"Kita juga mendatangkan alat canggih yaitu frame lamp auto untuk mengetahui jejak-jejak di TKP, apa ada bercak darah untuk menentukan apakah ada kekerasan sebelum kematian," ujar dia.
Selain itu, polisi juga melakukan olah TKP sebanyak tiga kali.
Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan di TKP, tidak ditemukan jejak dan sidik jari selain milik kedua korban.
"Kedua tidak ditemukan jejak-jejak orang lain yang masuk di dalam TKP. Kita lihat bahwa ada 2 DNA yang ada di rumah itu atas nama Grace dan David termasuk yang ada di laptop dan HP," ungkap Hengki.
Dari hasil penyelidikan polisi secara menyeluruh, tidak ada unsur pidana dalam peristiwa penemuan jasad ibu dan anak itu.
"Jadi di Cinere ini bukan merupakan peristiwa pidana, disimpulkan bukan merupakan peristiwa pidana," kata Hengki.
Hengki mengungkapkan, ibu dan anak tersebut diduga bunuh diri dengan mengurung diri di ruangan sempit.
"Sehingga disimpulkan juga di sini bahwa mereka adalah melakukan bunuh diri ataupun suicide dengan cara mengurung diri di ruangan sempit seluas 1,8x1 meter itu dengan tinggi 2,3 meter. Ditambah lagi dua dupa yang dibakar itu," ungkap dia.
Ia mengatakan, temuan dupa di TKP membuat peristiwa ini serupa dengan kasus bunuh diri di negara Jepang.
"Ditemukan dupa, arang, dan juga senter. Tadi kapi sempat berdiskusi dengan tim psikologi forensik, ternyata metode bunuh diri ini juga pernah ditemukan di Jepang. Di mana yang bersangkutan juga sering menggunakan internet," pungkas Hengki.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.