Merayakan Hari Burung Bermigrasi Sedunia di Teluk Jakarta
Sebanyak 36 pemuda mengamati keberadaan burung laut yang bermigrasi pada perayaan Hari Burung Bermigrasi Sedunia 2023 di Teluk Jakarta.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sebanyak 36 pemuda, pemudi, dan masyarakat lokal mengamati keberadaan burung laut yang sedang bermigrasi pada perayaan Hari Burung Bermigrasi Sedunia 2023 di Teluk Jakarta, Sabtu (14/10/2023).
Jennifer George, Kepala Eksekutif di East Asian-Australasian Flyway Partnership (EAAFP) mengatakan bahwa Hari Burung Bermigrasi Sedunia (World Migratory Bird Day) tahun 2023 memiliki tema yaitu Air.
“Air adalah kehidupan. Melindungi sumber daya air yang berharga bagi burung air atau laut yang bermigrasi dapat membuat perbedaan untuk kehidupan bagi seluruh spesies. Burung-burung ini melakukan perjalanan bolak balik melintasi Asia untuk mencari makan dan istirahat,” jelas Jennifer.
Jennifer menambahkan bahwa kualitas air juga menentukan kualitas yang tersedia di dalam makanan yang burung-burung konsumsi.
Bahan kimia berbahaya hingga mikroplastik dalam rantai makanan yang burung bermigrasi konsumsi tidak sehat untuk mereka, termasuk manusia.
Teluk Jakarta memiliki kualitas air yang kurang baik karena tingginya kandungan bahan pencemar dan bahan kimia. Belum lagi teluk ini menjadi muaranya 13 sungai yang ada di Jakarta.
Padahal tidak sedikit burung laut dan burung air yang menggunakan teluk ini.
Meski begitu, Burung Laut Indonesia bersama Kelompok Pengamat Burung Nectarinia dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan East Asian-Australasian Flyway Partnership dan World Migratory Bird Day melakukan monitoring keberadaan burung laut di Teluk Jakarta.

Menurut Aronika Kaban, koordinator lapangan Burung Laut Indonesia, telah melakukan pendataan jenis burung laut dengan jarak 41.5 km di dalam Teluk Jakarta yang memiliki luas 514 km2.
“Kami menemukan 446 individu dari 10 jenis burung laut," jelas Aronika.
Jenis burung laut yang terlihat di antaranya cikalang christmas (Fregata andrewsi), cikalang besar (Fregata minor), cikalang kecil (Fregata ariel), dara-laut jambul (Thalasseus bergii), dara-laut benggala (Thalasseus bengalensis), dara-laut tengkuk-hitam (Sterna sumatrana), dara-laut sayap-putih (Chlidonias leucopterus), dara-laut aleutian (Onychoprion aleuticus), petrel-badai swinhoe (Hydrobates monorhis), dan pecuk-padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris).
"Jenis burung yang kami temui berasal dari Australia, Eropa, Jepang, hingga Alaska,” kata Aronika.
Aronika menuturkan selama monitoring burung laut di Teluk Jakarta ditemui tiga jenis burung laut yang masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), yaitu jenis cikalang christmas dan dara-laut Aleutian yang masuk dalam kategori rentan (vulnerable), serta jenis petrel-badai swinhoe yang masuk dalam kategori hampir terancam (near threatened).
Ia mnegatakan kegiatan tersebut tidak saja untuk mendata jumlah dan jenis burung laut. Tetapi menjadi kegiatan edukasi untuk masyarakat umum, terlebih masyarakat sekitar yang sering bertemu dengan burung laut.
"Mereka bisa menjadi agen perubahan untuk masyarakat sekitar lainnya dalam melindungi burung laut di Teluk Jakarta,” terang Aronika.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.