Sisi Lain Metropolitan

"Banyak yang Tak Yakin" Cerita Guru Gitar Disabilitas Punya Prestasi Mentereng, Juara Festival Rock

Cerita Ifan penyandang disabilitas yang menjadi guru gitar akui banyak yang tidak yakin keahliannya. Tapi Ifan punya prestasi mentereng.

TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Ivan Rivani (51) saat menunjukkan sertifikat lulus sekolah Yamaha Popular Music Course pada tingkat Advanced 1, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023). Cerita Ifan penyandang disabilitas yang menjadi guru gitar akui banyak yang tidak yakin keahliannya. Tapi Ifan punya prestasi mentereng. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Para penyandang disabilitas masih harus berhadapan dengan cap negatif masyarakat bahwa mereka tidak memiliki kemampuan, dan membutuhkan belas kasihan orang lain.

Hal ini dialami, Ivan Rivani (51) guru les gitar akustik dan elektrik yang merupakan penyandang disabilitas tunadaksa warga Kelurahan Cipinang, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.

Meski memiliki pengalaman les gitar electric pada sekolah Yamaha Popular Music Course dan lulus di tingkat Advanced 1, tapi kemampuan Ivan masih dipandang sebelah mata sejumlah warga.

Saat berkeliling menawarkan les gitar di kawasan Kecamatan Jatinegara dan Pulogadung menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga, sejumlah warga tak percaya dengan Ivan.

"Kadang-kadang memang banyak juga yang tidak yakin. Ada yang ngomong 'memang bapak bisa main gitar pak?'. Saya diam saja," kata Ivan di Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023).

Tak jarang saat dia berkeliling masyarakat lebih fokus dengan sepeda roda tiga hasil modifikasi yang dikemudikan Ivan dibanding spanduk les gitar dipasang di bagian belakang kendaraan.

Ivan Rivani (51), penyandang disabilitas tunadaksa yang membuka les gitar akustik dan elektrik di rumahnya, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023).
Ivan Rivani (51), penyandang disabilitas tunadaksa yang membuka les gitar akustik dan elektrik di rumahnya, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Baru setelah ditunjukkan bicara video saat dia bermain gitar pada akun Youtube uraniaguitarivan4679 dan akun Instagram di @ivani219 mereka percaya dengan kemampuan gitar Ivan.

Ivan sebenarnya masih menyimpan sertifikat sekolah gitar dari Yamaha Popular Music Course saat lulus di tingkat Advanced 1, tapi dia tidak ingin membawa sertifikat ketika berkeliling.

Bila menemui orang yang ragu dengan kemampuannya maka dia cukup menunjukkan secara langsung, hasilnya sejauh ini efektif menggaet orang untuk belajar gitar dengan Ivan.

"Ya tanggapan masyarakat berbeda-beda. Saya dulu sekolah musik dari 2014 sampai 2019. Dulu harusnya sampai (tingkat) advance 2, tapi enggak lanjut karena masalah biaya," ujarnya.

Sepeda motor modifikasi roda tiga yang digunakan Ivan Rivani saat bekerja menjadi loper koran dan menawarkan jasa les gitar, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023).
Sepeda motor modifikasi roda tiga yang digunakan Ivan Rivani saat bekerja menjadi loper koran dan menawarkan jasa les gitar, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Meski masih ada warga yang tak percaya dengan kemampuan Ivan bermain gitar karena kondisinya sebagai tunadaksa, Ivan tidak patah semangat keliling menawarkan jasa les gitar.

Berbagai pengalaman pandangan orang mengenai disabilitas sudah dirasakan karena sejak usia lima tahun Ivan menjadi tunadaksa, sehingga mentalnya kini tidak mudah terpuruk.

Sejak tahun 2022 memutuskan membuka les gitar di rumahnya, Ivan rutin berkeliling sembari melakoni pekerjaannya sebagai loper koran di wilayah Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara.

Murid-murid Ivan dari anak usia 10 tahun hingga dewasa yang sudah bekerja, bila ditotal sejak awal membuka les gitar hingga sekarang sudah lebih 20 murid dididik Ivan belajar gitar.

"Saya mengajarkan permainan gitar biasa, klasik. Saya mengutamakan membaca not balok segala macam. Kalau di sekolah musik bisa dua (metode), bisa feeling, bisa baca not balok," tuturnya.

Ivan Rivani (51), penyandang disabilitas tunadaksa yang membuka les gitar akustik dan elektrik di rumahnya, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023).
Ivan Rivani (51), penyandang disabilitas tunadaksa yang membuka les gitar akustik dan elektrik di rumahnya, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2023). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Untuk les gitar akustik dengan empat kali pertemuan dalam satu bulan Ivan mematok biaya Rp300 ribu, dan Rp500 ribu per bulan untuk les gitar elektrik dengan empat kali pertemuan.

Biaya les sudah termasuk buku-buku untuk mempelajari not balok dan mempelajari efek gitar elektrik, dengan pembelajaran dilakukan satu kali dalam sepekan kecuali hari Sabtu dan Minggu.

Dalam hal menjadi guru les gitar Ivan selalu menekankan agar murid-muridnya giat berlatih fingering dan membaca not balok, serta mendengarkan musik-musik klasik untuk memperdalam wawasan.

"Murid sekarang ada tiga, karena kan pasang surut. Saya selalu ingatkan terus berlatih, karena saya saja fingering satu hari bisa delapan jam. Di semua bidang berlatih itu penting," lanjut Ivan.

Sementara pada tahap tingkat lanjut, Ivan mengatakan seorang gitaris harus memiliki karakter yang membuat orang dapat mengetahui sosok gitaris hanya dari mendengarkan suara saja.

Sebagai seorang guru les gitar Ivan mengatakan menggemari seluruh jenis musik, sedari blues, klasik, rock, heavy metal, thrash metal, jazz, pop, hingga dangdut semua dilahapnya.

Gitaris dunia di antaranya Eddie Van Halen, Brian May, Yngwie Malmsteen, hingga Indonesia seperti Ian Antono, Eet Sjahranie, Mus Mujiono merupakan panutan-panutan bagi Ivan.

Pengalaman Ivan bermusik pun tidak hanya didapat saat sekolah gitar, saa era 90-an dia merupakan anak band yang membawakan lagu-lagu rock, metal dan pernah mengikuti festival band.

"Dulu band saya ikut Festival Rock Jakarta Selatan, masuk 10 besar. Waktu itu menang festival membawakan lagu band ciptaan sendiri. Saya dari dulu memang senang gitar," sambung dia.

Ivan menuturkan saat mengikuti festival bandnya pernah ditawari dewan juri untuk dikenalkan dengan Log Zhelebour, produser yang mengorbitkan Power Metal, Kaisar, Boomerang, hingga Jamrud.

Namun syarat yang dibebankan dewan juri festival musik agar memenangkan satu festival lagi tak terpenuhi, karena band digawangi Ivan waktu kala itu tidak bertahan lama.

"Waktu dibilang begitu sama dewan juri bangga sekali. Karena saat itu siapa yang enggak kenal Log Zhelebour. Tapi ya namanya band banyak kepala kan, enggak kesampaian," kata Ivan.

Di usianya sekarang Ivan menuturkan memiliki mimpi untuk membuat album, rencananya album yang diberi judul Alam Semesta tersebut akan berisikan 10 lagu dengan mengusung sejumlah genre.

Ada lagu yang bergenre rock, pop, jazz, dangdut, seluruh lagu dalam album ini tengah dibuat Ivan di rumahnya secara home recording dengan menggunakan perangkat pada laptop.

"Dari 10 lagu ada satu track yang instrumental, lainnya ada vocal. Mungkin nantinya dirilis secara online. Tapi kalau ada dana ya mau banget dicetak fisik secara CD atau kaset," ujarnya.

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved