Sisi Lain Permata Cinta, Atlet Taekwondo Cantik DKI yang Bangun Usaha Kopi dari Hasil Bonus Atlet

Permata Cinta Nadya, mempunyai bisnis kedai kopi menjanjikan yang dibangun dari uang bonus yang didapat dari hasil bertanding.

Editor: Wahyu Septiana
Tribunnews/Alfarizy
Taekwondoin DKI Jakarta, Permata Cinta Nadya, membidik medali emas dalam PON XXI Aceh-Sumatra Utara 

TRIBUNJAKARTA.COM - Atlet Taekwondo putri DKI Jakarta, Permata Cinta Nadya, mempunyai bisnis kedai kopi menjanjikan yang dibangun dari uang bonus yang didapat dari hasil bertanding.

Usaha kedai kopi itu sudah berjalan dalam waktu setahun terakhir.

Bisnis tersebut dibangun Permata Cinta Nadya di dua lokasi yakni Jakarta dan Bali.

"Alhamdulillah punya usaha kopi di Bali, sebenarnya ada juga di Jakarta, tapi karena enggak kepegang akhirnya jadi buka booth aja kalau setiap kejuaraan," ungkap Permata.

Alasan Permata memilih usaha kedai kopi adalah karena dirinya pernah menjadi barista atau pramukopi.

Permata menjadi barista seusai membela Indonesia di Asian Games 2018, sambil menjalankan kuliahnya.

"Karena dulunya barista. Iya kerja, pas lagi kuliah, pas lagi enggak jadi atlet," kata Permata.

"Selesai Asian Games kan nganggur setahun, sambil kuliah sambil cari uang, kan Pelatda lagi enggak juga," sambungnya.

Khusus di Jakarta, Permata mengatakan usaha kopinya hanya dibuka ketika ada ajang-ajang tertentu.

Berbeda dengan di Jakarta, usaha kopi yang dirintis Permata di Pulau Dewata sudah berbentuk kedai dan dikelola oleh keluarganya.

"Kalau di Jakarta kan pas ada event saja kan, kalau pas lagi luang diambil, kalau lagi padat latihan ya mending latihan saja," ucap Permata. 

"Tapi kalau di Bali, karena ada keluarga, ada bapak, jadi Alhamdulillah lancar," jelasnya.

Taekwondoin DKI Jakarta, Permata Cinta Nadya, membidik medali emas dalam PON XXI Aceh-Sumatra Utara
Taekwondoin DKI Jakarta, Permata Cinta Nadya, membidik medali emas dalam PON XXI Aceh-Sumatra Utara (Tribunnews/Alfarizy)

Permata mengatakan, usaha kopi tersebut ia rintis dengan menyisihkan uang bonus atlet yang dia dapatkan.

Bisnis ini Permata bangun setelah Pandemi Covid-19 selesai dan sudah berjalan di tahun kedua.

"Di Canggu, di pinggir pantai Petitenget, namanya Warung Baroc. Sudah setahun," ungkap peraih medali emas PON XX Papua 2021 itu.

Permata Incar Emas di PON 2024

Permata Cinta Nadya ingin mengulangi kejayaannya di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021.

Pada pesta olahraga empat tahunan tersebut, Permata Cinta Nadya berhasil meraih medali emas lewat nomor Kyorugi U-67.

Pada PON XXI 2024 yang akan berlangsung di Aceh-Sumatra Utara, Permata menargetkan medali emas.

Pada persiapannya, Permata mengatakan bahwa dirinya memang telah tergabung secara intensif dalam Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) DKI Jakarta 

"Selama ini latihannya terus menerus, selama dari PON (Papua 2021) kemarin, Pelatda enggak berhenti-berhenti, cuma tinggal mess baru sebulan terakhir, karena kalau DKI kan dekat tempat latihannya," kata Permata.

"Jadi persiapannya tinggal mental saja. Alhamdulillah sudah sering tanding, jadi tinggal pengulangan saja, tapi memang selalu ditargetin dalam diri sendiri, target selalu sama dari PON menuju PON lagi," paparnya.

Permata dipastikan tampil di ajang tersebut usai menjadi jawara dalam babak kualifikasi cabang olahraga taekwondo di GOR POPKI, Jakarta Timur 27-30 Oktober lalu.

Selain menjadi juara, taekwondoin yang pernah mewakili Indonesia di Asian Games itu juga menyandang gelar atlet wanita terbaik.

Tentu prestasi yang didapat pada babak kualifikasi ini membuat Permata kian optimistis untuk meneruskan tradisi medalinya di PON XXI Aceh-Sumatra Utara.

Permata diketahui telah mengikuti Pekan Olahraga Nasional dalam dua edisi. 

Atlet yang menimba ilmu di Universitas Negeri Jakarta itu debut dalam Pekan Olahraga Nasional edisi 2016 di Jawa Barat, hasilnya Permata meraih medali perunggu.

Pada PON edisi kedua bagi Permata, dirinya meraih medali emas usai mengalahkan taekwondoin Bali, Ni Kadek Surya, dengan skor 26-15. 

"Pon pertama di Jawa Barat 2016 dapat perunggu di kelas 53, di PON Papua 2021 dapat emas dan PON ini saya juga target emas," ujar Permata.

Permata pun mengungkapkan alasan mengapa dirinya pindah ke kelas U-67. Hal tersebut dilakukan setelah mendapatkan saran dari sang pelatih.

Pindah kelas dalam olahraga beladiri pun termasuk hal yang wajar karena berkaitan dengan peluang dan peta kekuatan lawan.

"Di kelas 67, naik. Ngikutin saran dari pelatih, mungkin dilihat dari peluang, karena kalau nurunin terus lemes juga di 53 (kilogram). Jadi akhirnya dinaikin, mungkin karena melihat psotur," tutur Permata.

(TribunJakarta/Tribunnews, Alfarizi)

Baca artikel menarik TribunJakarta lainnya di Google News 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved