Salim Segaf Ungkap Persoalan Palestina Masalah Kemanusiaan Dunia: Saatnya Hentikan Arogansi Israel
Ketua Persatuan Ulama Internasional Dr. Salim Segaf Al-Jufri meminta semua pihak bersuara menghentikan genosida yang dilakukan Israel ke Palestina.
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Persatuan Ulama Internasional Dr. Salim Segaf Al-Jufri meminta semua pihak bersuara menghentikan genosida yang dilakukan Israel ke Palestina.
Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun menyerukan agar Israel diseret ke Mahkamah Pidana Internasional sebagai penjahat perang.
“Sudah saatnya kita hentikan arogansi Israel dan menyeret para pemimpinnya ke Mahkamah Pidana Internasional sebagai penjahat perang," kata Salim Segaf.
Menurut Salim Segaf, Indonesia menginginkan rakyat Palestina mendapatkan kemerdekaannya.
Hal itu, sebagaimana hak paling dasar yang dijamin Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
“Inilah jantung dan episentrum kemanusiaan dunia yang membutuhkan intervensi dari negara-negara yang beradab," kata Salim Segaf.
"Stop genosida, Stop agresi, Stop pendudukan, Stop penjajahan!” lanjutnya.
Eks Menteri Sosial itu pun mengecam agresi Israel ke Palestina sebagai upaya genosida di luar batas kemanusiaan sehingga Israel mendapat sanksi yang tegas.
Salim menyampaikan kepedihan warga dunia melihat besarnya korban sipil di Gaza Palestina dimana lebih dari 12.000 korban jiwa meninggal dan 75 persen anak-anak, perempuan, hingga orang tua terhitung sejak 7 Oktober 2023.
Ia juga menjelaskan sebanyak 32.000 warga sipil terluka dan membutuhkan perawatan, akan tetapi rumah sakit-rumah sakit yang ada telah habis diluluhlantakkan oleh Israel sehingga berhenti beroperasi.
“1,6 juta penduduk Gaza harus mengungsi karena rumah mereka hancur dihantam bom-bom Israel” ujarnya.
Salim Segaf mengajak semua pihak untuk dengan jelas dan tegas melihat permasalahan di Palestina.
Pertama, bangsa Palestina adalah pejuang kemerdekaan yang membela diri dan terus mewujudkan kemerdekaannya.
Kedua, sebaliknya Israel adalah bangsa penjajah yang menduduki tanah Palestina secara tidak sah sejak tahun 1948.
“Satu-satunya bangsa yang belum merdeka di era modern ini hanya Palestina. Kita semua, khususnya bangsa Indonesia, punya utang sejarah kemerdekaan Palestina. Bung Karno pernah berjanji bahwa selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.” jelas Salim.
Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 tidak serta merta menjadi alasan atas apa yang terjadi di Gaza hari ini.
Salim menjelaskan bahwa ini adalah perihal, okupasi, aneksasi, agresi, penjajahan, dan penindasan yang dilakukan Israel sejak 75 tahun silam saat bangsa Israel mendirikan negara di wilayah Palestina.
"Oleh karena itu, sampai kapanpun kita akan terus mengatakan We Stand With Palestine! Kita bersama Palestina sampai bangsa Palestina mencapai kemerdekaannya," katanya.
Salim menjelaskan bahwa konflik ini bukanlah konflik dua negara yang memperebutkan wilayah, melainkan sudah menjadi sebuah upaya pemusnahan etnis dan genosida rakyat Palestina oleh Israel.
“Maka, kita lihat permasalahan ini bukan masalah domestik rakyat Palestina semata, bukan pula masalah kawasan Timur Tengah. Akan tetapi, kita melihat apa yang terjadi di Palestina merupakan masalah kemanusiaan dunia, bahkan melampaui masalah keyakinan, agama, dan kepentingan apapun.” ucap Salim dalam acara Seminar Internasional "Stop Israeli Genocide in Gaza!" yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI, pada Selasa (21/11/2023).
Acara dihantarkan oleh Ketua Fraksi PKS DPR Dr. Jazuli Juwaini dengan narasumber Ketua Kaukus Parlemen Malaysia Untuk Palestina Syed Ibrahim Syed Noh, Ketua Forum Demokrasi dan Keadilan Istanbul Dr. Azzam Ayoubi, dan Ketua Kaukus Palestina DPR RI Dr. Sahrul Aidi Maazat.
Sementara itu dikutip dari Tribunnews.com, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan terkait pembelaan Israel bahwa serangan ke Gaza sebagai bentuk pertahanan diri atau self defence tidak dapat diterima sama sekali.
Menurutnya, alasan itu tidak dapat dipakai oleh penjajah seperti Israel.
Karena itu, para Menlu anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam) termasuk Indonesia mengutuk keras apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Gaza.
Hal itu disampaikan Retno dalam pertemuan dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov, di Moscow, Rusia, pada Selasa (21/11/2023).
"Bahwa alasan Israel bahwa apa yang dilakukan saat ini merupakan “self defence” sangat tidak dapat diterima," kata Menlu Retno dalam kegiatan press briefing via daring, Rabu (22/11/2023).
Kedua ujar Retno, alasan self defence tidak dapat dijadikan alasan membunuh masyarakat sipil (a licence to kill civilian) dan menyerang fasilitas sipil seperti RS Indonesia Gaza.
Serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional.
Semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel harus menggunakan segala pengaruh dan kemampuannya, untuk mendesak Israel menghentikan kekejamannya.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/ketua-fraksi-pks-jazuli-juwaini-dan-ketua-majelis-syura-pks-salim-segaf-allah-jufri.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.