4 Anak Membusuk di Jagakarsa

Kasus 4 Anak Tewas di Jagakarsa Pantas Masuk Pembunuhan Berencana: Kalau Pelaku Waras, Hukum Mati

Reza Indragiri menilai pantas pelaku yang habisi empat anaknya di Jagakarsa masuk pembunuhan berencana. Reza berujar kalau pelaku waras, dihukum mati.

Kolase Foto Tribun Jakarta/Tribunnews.com
Kolase Foto Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri dan korban tewas diduga dibunuh ayahnya di Jagakarsa. Reza Indragiri menilai pantas pelaku yang habisi empat anaknya di Jagakarsa masuk pembunuhan berencana. Reza berujar kalau pelaku waras, dihukum mati. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kasus empat anak tewas diduga dibunuh ayahnya bernama Panca Darmansyah (40) menggegerkan warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023).

Panca menghabisi VA (6), S (4), A (3), dan AS (1) lalu dirinya mencoba mengakhiri hidup.

Sementara, jasad keempat bocah itu ditemukan berjejer di kasur salah satu kamar kontrakan.

Tak hanya itu, istri Panca berinisial D juga menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Saat ini, D masih menjalani perawatan di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Menanggai insiden pembunuhan dan penganiayaan tersebut, ahli psikologi forensik Reza Indragiri menilai peristiwa empat anak tewas di Jagakarsa tak termasuk kategori tindakan KDRT.

Namun lebih pantas disebut kasus pembunuhan berencana terhadap anak.

Oleh karena itu, Reza mengatakan pelakunya bila dalam kondisi sadar maka harus dihukum berat.

"Sebutan kejadian ini sebagai KDRT sepertinya tidak lagi memadai. Ini tepat disebut pula sebagai kasus pembunuhan berencana terhadap anak. Kalau pelakunya waras, hukum mati," katanya.

Reza mengungkapkan hal tersebut bukan bermaksud untuk mendramatisasi.

Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri saat menyambangi TKP dugaan pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Selasa (13/11/2018).
Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri saat menyambangi TKP dugaan pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Selasa (13/11/2018). (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Tetapi, ia menuturkan pendapatnya tersebut berpijak dari kekhawatirannya tentang tanda-tanda suicide epidemic.

"Sebagaimana yang saya sering kemukakan belakangan ini, saya was-was kita sedang berhadapan dengan tanda-tanda suicide epidemic. Dalam kasus ini, pelaku sepertinya juga mencoba bunuh diri, tapi gagal. Apa pun itu, bunuh diri sudah menjadi aksi," ucapnya.

Dengan asumsi, kata dia, ini merupakan satu kasus yang menandai suicide epidemic dan bertalian dengan KDRT, maka tidak cukup lagi penyikapan kasus per kasus.

"Butuh program berskala luas untuk mengatasi KDRT dan bunuh diri," ujarnya.

Menurut dia, perlakuan punitive berupa pemenjaraan, tidak serta-merta sebagai solusi mujarab.

"Dalam kasus KDRT dua seleb belum lama ini, yang berujung penjara bagi suami, saya mengusulkan ada perlakuan selektif berupa wajib rehabilitasi bagi pelaku. Antara lain anger management, drug intoxification," katanya

Reza juga mengungkapkan peristiwa Jagakarsa sangat ekstrim.

Sehingga, penting diketahui asal-usul pelaku bisa melakukan aksi keji tersebut.

Kolase Foto korban balita diduga dibunuh ayahnya di kawasan Jagakarsa dan TKP penemuan mayat empat anak.
Kolase Foto korban balita diduga dibunuh ayahnya di kawasan Jagakarsa dan TKP penemuan mayat empat anak. (Kolase Foto TribunJakarta)

"Karena sedemikian ekstrim, relevan untuk dicari tahu kondisi bahkan masalah mental yang mungkin dialami pelaku. Depresi, adiksi obat-obatan, dan lain-lain," kata Reza Indragiri.

Ia pun menyinggung soal penanganan kasus KDRT yang selama ini kerap terjadi di tengah masyarakat.

Menurut Reza, polisi harusnya merespons cepat begitu menerima kabar atau laporan tentang KDRT, meskipun memang tidak mudah dalam praktiknya.

Ia mengungkapkan kasus KDRT sangat sering terjadi, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara maju.

"Misal di Amerika Serikat, laporan tentang KDRT masuk setiap 3 menit. Di Australia, 2 menit. Di Indonesia, saya tak punya datanya. Perkiraan saya, rendah, karena masyarakat menganggap KDRT sebagai masalah domestik yang tabu untuk diikutcampuri. Belum lagi jika khalayak luas mengalami krisis kepercayaan terhadap polisi," katanya.

Selain itu, kata dia, jumlah polisi juga acap kali masih disebut-sebut sebagai kendala bagi kecepatan kerja polisi khususnya dalam menyikapi kasus KDRT.

"Situasi KDRT yang berat juga bisa membahayakan jiwa petugas polisi. Padahal, saya bertanya-tanya, seberapa jauh polisi kita sudah terlatih agar bisa menangani insiden KDRT secara aman," katanya.


Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Reza Indragiri Sebut Kasus 4 Bocah Tewas di Jagakarsa Sebagai Pembunuhan Berencana Terhadap Anak

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved