Sisi Lain Metropolitan
Potret Anak-anak Berenang di Lautan Kotor Penuh Sampah Pesisir Cilincing
Inilah potret keceriaan anak-anak berenang di lautan penuh sampah di kawasan kampung nelayan pesisir Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Pebby Adhe Liana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Lingkungan hidup yang sehat dan layak, sepertinya belum dapat dirasakan sepenuhnya oleh anak-anak yang tinggal di kawasan kampung nelayan pesisir Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.
Buktinya saja, mereka terpaksa bermain di lautan kotor tercemar sampah yang berbatasan dengan tanggul pesisir di seberang permukiman RW 01 Kalibaru.
Pada Jumat (8/12/2023) sore, TribunJakarta.com mendapati ada enam anak-anak yang sedang berenang di pesisir laut tersebut.
Keenam bocah itu tampak larut dalam kebahagiaan.
Mereka saling mencipratkan air laut ke kawannya, sembari berenang ke sana ke mari.
Anak-anak ini juga berteriak ke orang-orang yang berjalan di atas tanggul, meminta mereka melemparkan uang untuk ditangkap.
Enam sekawan ini pun saling rebut uang-uang kertas yang dilemparkan dari atas tanggul.
Mereka tak peduli uang basah terendam air laut, yang penting masih bisa disimpan.
Di balik kebahagiaan anak-anak itu, kondisi lautan pesisir Kalibaru cukup miris untuk digambarkan.
Tak cuma airnya yang berwarna keruh, lautan pesisir Kalibaru juga tampak tercemar sampah-sampah rumah tangga dan kulit kerang.
Alhasil, tanpa menyadari bahaya penyakit yang bisa menyerang, anak-anak ini tetap santai dalam kesenangan mereka berenang di tengah-tengah sampah yang mengambang di permukaan air laut.
Tak jarang sapuan tangan anak-anak ini menyentuh sampah ketika mereka hendak bergerak di lautan itu.
Nyatanya, keberadaan anak-anak yang berenang di lautan tercemar sampah ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari warga setempat.
"Emang setiap hari anak-anak main di laut. Mereka anak-anak sekitar sini," kata Sari (38), warga RT 012 RW 01 Kalibaru yang ditemui pada Jumat siang lalu.
Sari mengatakan, sejak kecil anak-anak ini sudah lekat dengan kehidupan pesisir.
Mereka setiap hari bermain di lautan sampai mahir berenang dengan sendirinya.
Sari tidak menampik kenyataan bahwa di sekitar kawasan pesisir masih minim tempat bermain anak yang layak.
Alhasil, anak-anak yang sebagian besar duduk di bangku sekolah dasar itu pada akhirnya bermain di lautan.
"Ini anak-anak SD, emang dari kecil sering main di laut. Kalau untuk itu (tempat bermain anak) memang minim, sekalipun ada, jauh," ungkap Sari.
Sebagai orang dewasa, Sari mengaku cukup mengkhawatirkan anak-anak tersebut.
Sebab, banyak sampah-sampah yang memiliki ujung panjang mengotori lautan, dikhawatirkan bisa melukai bocah-bocah tersebut.
Hanya saja, Sari tak bisa berbuat banyak lantaran orangtua dari anak-anak itu pun terkesan melepaskan buah hati mereka bermain sembarangan di lautan.
"Ya kalau dibilang khawatir sih khawatir, apalagi mereka kadang suka ke tengah laut nggak ada yang ngawasin, nggak ada yang ngelihatin," kata Sari.
Ia lantas berharap para orangtua bisa lebih memperhatikan anaknya.
Begitupun pemerintah diharapkan bisa memerhatikan kondisi lautan pesisir dan menyediakan tempat bermain anak yang lebih layak.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.