Jelang Imlek 2024, Begini Sejarah Cap Go Meh yang Jadi Tradisi Masyarakat Tionghoa

Menjelang tahun baru China 2024, simak sejarah Capo Go Meh yang jadi tradisi perayaan masyarakat Tionghoa setiap imlek.

Editor: Muji Lestari
chinesenewyear.net/Tribunnews.com
Berikut ini sejarah perayaan Cap Go Meh pada Tahun Baru Imlek 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Menjelang perayaan Tahun Baru China atau Imlek 2024, simak sejarah Cap Go Meh yang jadi tradisi masyarkat Tionghoa.

Cap Go Meh merupakan akhir dari rangkaian Tahun Baru Imlek. Menurut tradisi, Cap Go Meh biasanya digelar pada hari ke-15 usai perayaan Tahun Baru Imlek.

Secara harfiah, Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian.

Kata cap artinya sepuluh, go berarti lima, dan meh maknanya malam. Jadi, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.

Cap Go Meh dalam konteks internasional disebut juga dengan Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion).

Sedangkan di wilayah Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai festival Yuan Xiao Jie.

Tahun ini perayaan Imlek jatuh pada 10 Februari 2024.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Freepik.com)

Sedangkan,  Chinese Lantern Festival atau Cap Go Meh 2024, diprediksi akan dirayakan pada 24 Februari 2024.

Sejarah Cap Go Meh

Ada banyak versi tentang sejarah kapan Cap Go Meh mulai dirayakan.

Namun, terkait sejarahnya ada dua cerita yang cukup populer dan banyak berkembang di masyarakat.

Mengutip laman China Highlights, salah satunya yakni Cap Go Meh diyakini bermula sejak zaman Dinasti Han ketika biksu Buddha harus membawa lentera atau lampion untuk ritual ibadah.

Kaisar Hanmingdi yang merupakan seorang pendukung agama Buddha, mendengar bahwa beberapa biksu menyalakan lentera di kuil mereka untuk menunjukkan rasa hormat kepada Buddha pada hari kelima belas bulan lunar pertama.

Oleh karena itu, ia memerintahkan agar semua kuil, rumah tangga, dan istana kerajaan harus menyalakan lentera pada malam itu.

Kebiasaan Buddhis ini berangsur-angsur menjadi festival akbar di antara masyarakat Tiongkok.

Legenda lainnya, mengatakan bahwa bangau favorit Kaisar Langit dibunuh oleh beberapa penduduk desa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved