Mengenal Tari Barongsai dan Kaitannya dengan Tahun Baru Imlek, Benarkah Bentuk Pengusiran Roh Jahat?

Jelang perayaan Imlek 2024, ketahui apa itu barongsai serta kaitannya dengan Tahun Baru China. Benarkah bisa mengusir roh jahat?

Editor: Muji Lestari
Freepik.com
Ilustrasi. Apa itu barongsai serta kaitannya dengan Imlek? 

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Tionghoa, singa dianggap sebagai simbol keberanian, kekuatan, kebijakan dan keunggulan.

Maka tarian barongsai ini diselenggarakan pada saat Imlek sebagai pengusir roh jahat, serta agar memberikan kemakmuran dan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Barongsai ini diiringi dengan musik yang meriah, menggunakan alat musik simbal, gong, dan terompet.

Barongsai biasanya tak hanya diselenggarakan di vihara, kelenteng, dan pecinan saja, namun barongsai diselenggarakan di tempat umum atau di pusat perayaan imlek seperti di lapangan atau mall.

Ilustrasi
Ilustrasi (pexels.com)

Tradisi Khas Imlek Lainnya

Selain barongsai, tradisi khas Imlek lainnya adalah Cap Go Meh.

Cap Go Meh merupakan akhir dari rangkaian Tahun Baru Imlek. Menurut tradisi, Cap Go Meh biasanya digelar pada hari ke-15 usai perayaan Tahun Baru Imlek.

Secara harfiah, Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian.

Kata cap artinya sepuluh, go berarti lima, dan meh maknanya malam. Jadi, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.

Cap Go Meh dalam konteks internasional disebut juga dengan Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion).

Sedangkan di wilayah Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai festival Yuan Xiao Jie

Sejarah Cap Go Meh

Ada banyak versi tentang sejarah kapan Cap Go Meh mulai dirayakan.

Namun, terkait sejarahnya ada dua cerita yang cukup populer dan banyak berkembang di masyarakat.

Mengutip laman China Highlights, salah satunya yakni Cap Go Meh diyakini bermula sejak zaman Dinasti Han ketika biksu Buddha harus membawa lentera atau lampion untuk ritual ibadah.

Kaisar Hanmingdi yang merupakan seorang pendukung agama Buddha, mendengar bahwa beberapa biksu menyalakan lentera di kuil mereka untuk menunjukkan rasa hormat kepada Buddha pada hari kelima belas bulan lunar pertama.

Oleh karena itu, ia memerintahkan agar semua kuil, rumah tangga, dan istana kerajaan harus menyalakan lentera pada malam itu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved