Memandang Harmonisasi Tionghoa dan Betawi di Masjid Tjia Kang Hoo
Masjid Tjia Kang Hoo di Jalan H. Soleh, RW 07, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur merupakan wujud harmonisasi agama dan budaya.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Masjid Tjia Kang Hoo di Jalan H. Soleh, RW 07, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur merupakan wujud harmonisasi agama dan budaya.
Berada di tengah permukiman warga mayoritas etnis Tionghoa yang menganut Budha dan Konghucu, Masjid Tjia Kang Hoo memadukan arsitektur Islam, budaya China, dan Betawi.
Berdiri pada lahan seluas 793 meter persegi dan bangunan dengan luas 297,5 meter persegi, Masjid Tjia Kang Hoo ini berdekatan dengan Vihara dan Gereja di Jalan Tipar.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tjia Kong Hoo, Muhamad Wildan Hakiki mengatakan pendirian masjid digagas sang ayah, Budiyanto untuk mensyiarkan Islam dan mengenang mendiang orangtua.
"Yaitu Haji Abdul Soleh dan ibu Hajjah Rokiyah. Kebetulan dulu sebelum jadi masjid ini rumah kakek saya, Tjia Kang Hoo," kata Wildan di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (18/3/2024).
Nama Tjia merupakan Marga sementara Kang Hoo nama Tionghoa, namun setelah menjadi seorang mualaf lalu menunaikan ibadah Haji Tjia Kang Hoo berganti nama menjadi Abdul Soleh.

Sementara mendiang nenek Wildan, Rokiyah merupakan perempuan asli keturunan Betawi yang dari turun temurun sudah tinggal di wilayah Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo.
Dahulunya akulturasi budaya Tionghoa dengan Betawi memang sudah terjalin di wilayah Pekayon, Pasar Rebo karena banyak etnis Tionghoa yang menikah dengan warga Betawi.
Hal ini mendasari pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo yang dimulai pada 8 Oktober 2022 lalu memutuskan memadukan arsitektur Islam, budaya China dan Betawi.
"Kakek saya kan keturunan Tionghoa. Arsitektur Betawi tersebut dari nenek saya, nenek saya kebetulan orang asli Betawi di sini. Jadi kita gabungkan dua unsur, yaitu Tionghoa dan Betawi," ujar Wildan.

Arsitektur Islam pada Masjid Tjia Kang Hoo dapat terlihat dari lima bagian pagoda yang mencerminkan Rukun Islam, yakni syahadat, salat, zakat, puasa, dan naik haji bagi yang mampu.
Bagian pagoda pada atap induk terdiri tiga susun yang mencerminkan rukun atau kerangka dasar beragama yang benar sebagai jalan menuju Surga yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Pagoda kecil dibangun dua susun memiliki arti untuk mencapai kebahagiaan dunia, akhirat perlu hubungan dengan Allah dan sesama makhluk hidup, baik manusia maupun mahluk hidup lain.
Ciri bangunan budaya Tionghoa tampak pada sudut atap berwarna merah, dan sejumlah ornamen yang menunjukkan sosok mendiang Tjia Kang Hoo sebagai keturunan China.
Sementara ciri bangunan Betawi terlihat dari gigi balang atau bagian yang ada pada tepi atap rumah-rumah masyarakat Betawi berbentuk segitiga dan bulatan, ornamen ini dipasang pada lisplang.

"Kebetulan mayoritas di sini mayoritas hampir 70 persennya etnis Tionghoa beragama Konghucu. Masjid ini saling berdampingan antara masyarakat non muslim lainnya," tutur Wildan.
Meski berada di tengah mayoritas etnis Tionghoa yang menganut Konghucu, sejak awal pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo hingga kini mencapai tahap 80 persen tidak ada pernah terjadi masalah.
Justru warga di RW 07 Pekayon sepenuhnya mendukung pembangunan dan kegiatan Masjid Tjia Kang Hoo, seluruh warga hidup rukun dan guyub menghormati perbedaan.
Pada perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili di bulan Februari 2024 lalu bahkan seluruh warga RW 07 membantu pemasangan ratusan lampion dipasang DKM Tjia Kang Hoo.
Mereka ikut membantu mencari bambu untuk penopang lampion, mengecat, dan memasang ratusan lampion yang dipasang dari depan Masjid Tjia Kang Hoo hingga ujung Jalan Tipar.
Sejarah hidup rukun dalam perbedaan agama dan budaya dalam lingkungan masyarakat RW 07 Kelurahan Pekayon sejak lampau membuat rasa saling menghormati terpupuk baik.
"Alhamdulillahnya toleransi beragama di lingkungan masjid sangat tinggi, bagus lah. Tidak ada gesekan antara agama satu dengan lainnya. Kita di sini saling mendukung satu sama lain," lanjut Wildan.
Kini pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo sudah mencapai tahap akhir dan sudah mulai dapat digunakan untuk menunaikan ibadah Salat lima waktu, termasuk salat Tarawih di bulan Ramadan.
Bagi warga yang hendak datang dapat melewati akses Jalan Lapangan Tembak kemudian berbelok menuju Jalan Tipar,
Masjid Tjia Kang Hoo terletak sekitar 500 meter dari ujung Jalan Tipar.
"Alhamdulillah pembangunan sudah 80 persen. Tinggal finishing di bagian luar saja, bagian dalam sudah hampir rampung 100 persen. Tahun ini perdana untuk Salat Tarawih berjemaah," sambung Wildan.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.