Viral di Media Sosial

'Ayah Jahat Ma' Ucap Anak Petugas Damkar Jaktim yang Diduga Dicabuli, Sikap Korban Berubah Dratis

Terkuak kondisi terkini bocah berinisial S (5) yang diduga menjadi korban pencabulan ayah kandungnya Septhedy Nitidisastra.

Tangkapan layar di Instagram dan TikTok
Anggota Damkar Jaktim bernama Septhedy Nitidisastra diduga mencabuli anak kandungnya berusia 5 tahun. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Terkuak kondisi terkini bocah berinisial S (5) yang diduga menjadi korban pencabulan ayah kandungnya Septhedy Nitidisastra.

Septhedy Nitidisastra diketahui merupakan anggota Damkar Jakarta Timur.

Di media sosial Instagram, ibunda S, P menyebut sang putri keadaanya mulai membaik.

Menurut P awalnya, S menolak minum dan makan.

Bocah tersebut khawatir kesakitan saat buat air kecil.

Pasalnya alat vital S mengalami luka dan memerah.

"Untuk perkembangan S, Alhamdulillah agak sedikit membaik," ucap P dikutip TribunJakarta, pada Jumat (22/3/2024).

"Karena waktu kemarin S selalu kesakitan ketika buang air kecil sampai enggak mau minum karena takut pipisnya sakit, nafsu makannya juga sempet menurun," imbuhnya.

Namun meski begitu S masih terus mengingat dugaan pencabulan yang dilakukan Septhedy Nitidisastra.

"Memory otaknya juga selalu mengingat terus dan selalu mengucap 'Ayah jahat ya Ma sama S'," kata P.

Sejak dugaan kasus pencabulan yang dialami S terungkap, korban seringkali murung dan cenderung tidak banyak berkomunikasi dengan orang lain. 

Kondisi ini jauh berbeda dengan anak-anak seusianya yang pada umumnya ceria hingga dapat bermain dengan riang.

"Suka murung, kemarin saya saja pas proses penyidikan di Polda dia (S) enggak mau ditanya-tanya," kata P.

Perubahan S menjadi sosok yang pemurung ini, kata P sudah terlihat sejak awal Februari 2024 atau bertepatan saat ibunya itu melaporkan kasus ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.

Bahkan saat awal kejadian, S selalu ketakutan bila berada dekat laki-laki termasuk dengan sang kakek yang merupakan orang terdekat di lingkungan tempat tinggal.

Kata PA, di lingkungan keluarga besarnya saja S hanya mau berada dekat dan berkomunikasi dengan adik laki-laki dari sang ibu.

Sementara bila bersama kerabat laki-laki lainnya, S selalu ketakutan.

"Bapak saya sempat video call sama S. Diajakin S ayo kita jalan-jalan, S mau beli apa. Bapak saya bilang begitu kan biar S ceria lagi. S bilang enggak mau, maunya sama mamah aja," ujar PA.

Sekadar informasi, sejak awal kejadian PA dan pihak keluarga memang diarahkan oleh pihak RS Polri Kramat Jati agar S menjalani serangkaian pendampingan psikologis untuk pemulihan trauma.

Pihak keluarga pun terus berupaya memberi dukungan moril terhadap S.

Menurut PA, kini kondisi korban sudah berangsur membaik.

Ia dapat berkomunikasi dengan laki-laki di lingkungan terdekat.

Meskipun komunikasi S dengan orang-orang di lingkungan terdekat masih belum pulih total, berbeda dengan sebelumnya di mana korban kerap bermain ke rumah kerabat terdekat secara intens.

"Biasanya anak saya mau datang ke rumah kakeknya sendirian, menemui omnya juga. Sekarang enggak mau, cuman kayak menyapa doang. Seperti halo kakek, enggak mau main ke rumahnya," tutur PA.

 

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved