Ramadan 2024
Sejak Kapan Tradisi Bagi-bagi Uang saat Lebaran Muncul? Ternyata Erat Kaitannya dengan Budaya Imlek
Ilustrasi. Simak awal mula munculnya tradisi bagi-bagi angpao lebaran alias uang saat Hari Raya Idul Fitri.
TRIBUNJAKARTA.COM - Bagi-bagi angpao lebaran atau uang THR kepada keluarga serta kerabat menjadi tradisi turun temurun saat lebaran Idul Fitri.
Saking sudah menjadi kebiasaan, tradisi bagi-bagi uang saat lebaran ini merupakan momen yang paling ditunggu, terutama oleh anak-anak.
Biasanya anggota keluarga yang sudah memiliki penghasilan akan membagikan uang kepada keponakan, atau anak-anak yang datang berkunjung saat hari lebaran.
Lembaran uang kertas yang dibagikan pun biasanya masih baru dan tidak lusuh, hal ini tentu membuat anak-anak senang.
Akan tetapi, tidak semua keluarga menerapkan hal ini, karena memang bukan sesuatu yang harus dilakukan.
Lantas, sejak kapan tradisi bagi-bagi uang saat lebaran ini muncul?
Sejarah Munculnya Angpao Lebaran
Kepala Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) Sunu Wasono mengungkapkan, tradisi membagikan uang ketika Lebaran sudah berlangsung sejak dulu.
Bahkan tidak hanya Lebaran, saat suatu umat melangsungkan hari besar mereka, tradisi membagikan uang masih ada.
Sunu menduga bahwa ada kemungkinan tradisi memberikan uang baru saat Lebaran itu terpengaruh oleh budaya China yakni memberikan angpao seperti ketika Tahun Baru Imlek.
"Kalau ditanya sejak kapan, memang tidak bisa diketahui karena sejak dulu sudah ada. Kemungkinan terpengaruh dari budaya China yang membagikan angpau," ujar Sunu dikutip dari Kompas.com.
"Yang namanya pengaruh seperti itu kan tidak bisa disadari. Karena kalau sudah menjadi tradisi ya kita anggap sebagai bagian dari cara hidup atau kebiasaan kita," lanjut dia.

Ada Sejak Abad Pertengahan
Dilansir dari Cash Matters, tradisi berbagi uang Lebaran berasal dari Abad Pertengahan.
Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara mulai membagikan uang, pakaian, atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat pada umumnya saat hari pertama Idul Fitri.
Kemudian, pada akhir era Ottoman atau sekitar lima abad kemudian, kegiatan bagi-bagi di hari lebaran itu kemudian mengalami perubahan, hanya dalam bentuk uang tunai dan dibagikan hanya dalam lingkup keluarga.
Tradisi inilah yang bertahan hingga hari ini.
Simbol Berbagi
Menurut Sunu, tradisi membagikan uang merupakan bagian dari solidaritas sosial agar semua orang berbahagia dalam merayakan hari istimewa.
Tak hanya mendekatkan diri kepada kerabat, tradisi membagikan uang bisa dimaknai sebagai simbol semangat berbagi dari orang yang memiliki rezeki berlebih.
"Karena semangatnya adalah semangat cinta kasih dan berbagi, sehingga semua sama-sama merasa bahagia," ujar Sunu.
Terkait uang yang diberi dalam kondisi baru, Sunu mengatakan bahwa hal itu dikarenakan sesuatu yang baru itu menarik di mata anak meskipun nominalnya tidak besar.
Namun, jika ditarik ke makna yang lebih luas, ia menyebut bahwa uang baru bisa menjadi simbol semangat baru setelah menjalani puasa selama satu bulan.
"Karena yang ditekankan di situ adalah fitri, yaitu diharapkan kita menjadi pribadi-pribadi baru yang merupakan hasil penggemblengan dari sebulan penuh berpuasa dan menahan diri," ujar Sunu.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.