Wacana Gibran Jabat Ketum Golkar Berhembus, Pengamat Lebih Pilih Airlangga, Apa Alasannya?
Wacana Gibran Rakabuming Raka menjabat Ketua Umum Golkar berhembus. Namun pengamat lebih memilih Airlangga Hartarto, apa alasannya?
TRIBUNJAKARTA.COM - Wacana Gibran Rakabuming Raka menjabat Ketua Umum Golkar berhembus.
Hal itu terkait hasil Pilpres 2024, dimana Gibran yang mendampingi Prabowo Subianto berhasil memenangkan pertarungan lima tahunan itu.
Tetapi jalan Gibran menduduki posisi tertinggi di Golkar terganjal status dirinya yang bukan pengurus dan kader partai berlambang pohon beringin itu.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Hendri Satrio melihat Airlangga Hartarto lebih tepat menahkodai Golkar.
Hendri pun mengungkapkan alasannya Airlangga menjadi figur ideal calon ketua umum Golkar pada Musyawarah Nasional yang digelar Desember 2024 mendatang.
"Airlangga paling tepat," kata Hendri Satrio, Senin (8/4/2024).
Pasalnya, kepemimpinan Airlangga saat ini cukup sukses memimpin dan membesarkan Golkar.
"Kepemimpinan Airlangga itu sudah mampu membuat prestasi kinclong. Artinya tidak ada alasan untuk menganggu Airlangga dengan prestasi kinclongnya di pileg yang nambah kursi dan menang pilpres," imbuhnya.
Selain itu, Hendri menyebutkan kelayakan Airlangga menjadi ketua umum Golkar untuk periode berikutnya berbanding terbalik dengan Gibran.
Menurut Hendri Satrio, konstitusi atau AD/ART Golkar sama sekali tidak memberi ruang dan peluang bagi Gibran untuk menjadi ketua umum.
"Konstitusi dan AD/ART Golkar telah mampu menjaga Golkar sebagai partai modern yang mentradisikan leadership datang dan tumbuh secara original dari kader-kader Partai Golkar," ujar pendiri lembaga survei KedaiKOPI itu.
Dengan AD/ART Golkar saat ini, lanjut Hendri Satrio, maka siapapun yang berprestasi dan berkontribusi besar bagi partai maka berpeluang menjadi ketua umum.
Namun dengan syarat orang tersebut harus kader dan melewati tahapan seperti yang diatur secara tegas oleh AD/ART.
"Bila kemudian Golkar ingin mengubah AD/ART partai demi orang per orang, maka menurut saya salah satu akibat yang akan terjadi adalah Golkar bisa mundur dari partai modern menjadi partai keluarga," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.