Jerit Tangis Ibunda Korban Kebakaran Mampang, Sri Duduk di TKP Masih Tak Percaya Anaknya Tewas
Jerit tangis Sri Danuningsih (46) masih tak percaya anaknya yang menjadi ART tewas dalam kebakaran maut di toko bingkai, Mampang, Jumat (19/4/2024).
TRIBUNJAKARTA.COM, MAMPANG - Jerit tangis Sri Danuningsih (46) di lokasi kebakaran maut toko bingkai Saudara Frame di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2024).
Sri masih tak percaya anaknya bernama Tiara yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) tewas dalam insiden tersebut.
Awalnya, Sri menerima telepon dari salah satu anggota keluarga pemilik toko bingkai, yang terbakar pada Kamis malam tersebut.
Ia pun bersama anggota keluarganya menuju lokasi kejadian.
Sri ingin memastikan Tiara benar menjadi korban kebakaran maut itu.
Sri tampak duduk di pinggir TKP seraya menundukkan kepalanya.
Sri terlihat memakai kaos lengan panjang ungu, celana bahan hitam, dan kerudung hijau.
Sesekali, Sri tampak menyingkap air mata, mengggunakan tangannya.
“Anak saya namanya Tiara. Baru kerja di situ (Saudara Frame & Gallery) 8 April,” ujar dia kepada wartawan, Jumat (19/4/2024).
Sri lalu bercerita Tiara bekerja di Saudara Frame & Gallery, sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).
Dia menuturkan, sang anak bekerja sebagai ART karena sedang menggantikan ART sebelumnya, yang tengah pulang kampung.
Kepada Sri, sang anak mengatakan akan pulang ke rumahnya, Wonogiri pada 20 April.
“Gantikan mbak (sedang) pulang (kampung), teman aku, terus (anak aku) bilang, tanggal 20 (April) mau pulang, malah pulang selamanya,” kata Sri sambil menangis histeris.
Tujuh Korban Teridentifikasi

Sementara itu, tujuh jenazah korban kebakaran toko bingkai akhirnya teridentifikasi. Mereka bukan merupakan satu keluarga.
Kepala Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Brigjen Hariyanto mengatakan berdasar hasil pemeriksaan saat proses identifikasi secara medis ketujuh korban terdiri dari empat keluarga.
"Terdiri dari empat keluarga. ART-nya itu kan tiga keluarga, ART-nya ada tiga. Tiga keluarga, kemudian yang empat (korban) itu satu keluarga," kata Hariyanto di Jakarta Timur, (19/4/2024).
Rinciannya tiga ART yang berhasil diindentifikasi, yaitu Sella Sayola Fitria (22), Jesika Rama Dani (18), dan Indah Ayu Tiara Sari (25).
Kemudian, empat korban yang merupakan kakek, ibu, dan dua anak pemilik rumah yakni Phang Tji Men (75), Henni (39), Richi Kyle Yap (2), dan Austin Raizel Yap (8)
Seluruh jenazah korban teridentifikasi menggunakan metode Disaster Victim Identification (DVI) pencocokan data gigi dari antemortem dari keluarga dengan postmortem dari jenazah.
Identifikasi menggunakan gigi dilakukan karena kondisi ketujuh jenazah sudah mengalami luka bakar berat dan secara fisik sulit dikenali, sehingga butuh data medis untuk identifikasi.
"Luka bakarnya 100 persenlah, ya 99 sekian persen. Jadi kalau dikenali dengan wajah enggak bisa. Jadi ada properti (barang pribadi), ada gigi yang masih bisa kita identifikasi," ujarnya.
Gigi merupakan satu dari tiga parameter selain sidik jari dan DNA dalam identifikasi menggunakan metode DVI karena memiliki karakteristik khusus yang dapat menunjukkan identitas seseorang.
Lantaran sudah dinyatakan teridentifikasi ketujuh jenazah yang sebelumnya dibawa ke Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati kini sudah dapat diserahkan kepada pihak keluarga.
"Ya Alhamdulillah kita tidak menggunakan DNA, karena dengan (pencocokan data antemortem dengan postmortem) gigi sudah termasuk (parameter identifikasi) primer, itu lebih baik," tuturnya.
(TribunJakarta/Kompas/Wartakota)
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.