Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dunia

Datangi Polres Jakut, Kuasa Hukum Putu Satria Minta Polisi Telusuri Tersangka Baru Selain Tegar

Tim kuasa hukum Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna STIP Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, mendatangi Polres Jakut siang ini.

|
TribunJakarta.com
Tim kuasa hukum Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, mendatangi Polres Metro Jakarta Utara, Senin (6/5/2024). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA - Tim kuasa hukum Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, mendatangi Polres Metro Jakarta Utara, Senin (6/5/2024).

Kedatangan mereka untuk memantau perkembangan penyidikan kasus tewasnya Putu yang dipukuli seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).

Tim kuasa hukum Putu Satria datang pada Senin siang dan langsung naik ke lantai 4 Mapolres Metro Jakarta Utara untuk bertemu penyidik dari Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara.

Setelah sekitar satu jam pertemuan, tim kuasa hukum pun keluar dari ruangan penyidik dan menyampaikan hasil pertemuannya dengan polisi yang menangani kasus ini.

Kuasa hukum korban, Chitto Cumbhadrika mengatakan, polisi masih mendalami kasus ini dalam proses penyidikan.

Tidak menutup kemungkinan ada penetapan tersangka lain selain Tegar.

"Polisi masih mendalami dan kita mau diperdalam lebih jauh. Mungkin bisa lebih dari satu tersangka dalam kasus ini," kata Chitto di lokasi, Senin (6/5/2024).

Chitto lantas meminta pihak kepolisian menelusuri apakah ada oknum senior yang melakukan hal serupa terhadap korban maupun apakah ada dugaan upaya oknum tertentu yang mau menutupi kasus pada awalnya.

"Ini masih dilakukan pemeriksaan secara komprehensif, jadi belum bisa dikatakan pelaku hanya tunggal saja. Saat ini memang tunggal, tapi akan dilakukan lagi pemeriksaan lebih lanjut, bisa jadi atau mungkin lebih dari satu tersangka," katanya.

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan, polisi menetapkan Tegar sebagai tersangka tunggal dalam kasus ini.

Pasalnya, Tegar terbukti telah melakukan pemukulan sebanyak lima kali ke arah ulu hati korban.

Kemudian, ketika korban lemas dan tak sadarkan diri, tersangka Tegar memasukkan tangannya ke dalam mulut korban namun nyatanya korban malah meninggal dunia.

"Kami menyimpulkan tersangka tunggal di dalam proses atau peristiwa pidana ini yaitu saudara TRS, salah satu taruna STIP tingkat 2," kata Gidion dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu (4/5/2024) malam.

Gidion mengatakan, berdasarkan hasil autopsi, ditemukan luka di bagian ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru.

Kemudian, polisi juga mendapati bahwa penyebab hilangnya nyawa korban yang paling utama adalah upaya pertolongan yang tidak sesuai prosedur dilakukan oleh tersangka.

"Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian," jelas Gidion.

"Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur," papar Gidion.

Diketahui, Putu Satria meregang nyawa usai dianiaya di dalam toilet koridor kelas KALK C, lantai 2 gedung STIP Jakarta, Jumat pagi sekitar pukul 8.00 WIB.

Penganiayaan ini terjadi ketika korban dan empat rekan seangkatan lainnya sedang mengecek salah satu ruang kelas.

Saat turun ke lantai 2, rombongan korban dipanggil oleh tersangka yang saat itu juga sedang bersama-sama dengan empat orang lainnya yang merupakan taruna tingkat 2 STIP Jakarta.

Saat itu tersangka menanyakan alasan korban dan empat teman seangkatannya mengenakan baju olahraga.

Tersangka lalu meminta lima juniornya itu untuk masuk ke dalam toilet dan berbaris. 

Putu Satria menjadi orang pertama yang maju ke hadapan Tegar karena dianggap dirinya paling kuat.

Putu Satria pun hanya bisa berdiri ketika Tegar melakukan pemukulan sebanyak lima kali ke bagian ulu hatinya, di dalam toilet kampus tersebut.

Usai tak sadarkan diri, korban kemudian dibopong ke klinik kampus dan akhirnya dinyatakan tutup usia.

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini.

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved