Sisi Lain Metropolitan
Miris! Puluhan Keluarga Tinggal di Kolong Jembatan Pasar Ikan, Tidur dalam Gubuk Mirip Goa Tepi Kali
Puluhan kepala keluarga tinggal di kolong Jembatan Pasar Ikan, Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Nur Indah Farrah Audina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Puluhan kepala keluarga tinggal di kolong Jembatan Pasar Ikan, Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara.
Mereka terpaksa tidur di dalam gubuk kecil di kolong jembatan tersebut karena tak punya uang untuk menyewa kontrakan yang layak.
Bagi mereka, tidur di dalam gubuk kecil mirip goa yang berjarak sangat dekat dengan kali pun tak apa, asal tidak tidur di jalanan.
Pantauan di lokasi, gubuk-gubuk ini dibangun persis pada bantaran kali yang berada di bawah jembatan.
Tiap gubuk juga terlihat tidak ditambahkan atap, karena memang sudah tertutup konstruksi jembatan.
Dinding masuk ke dalam salah satu bagian gubuk juga tak kalah mirisnya, sebab hanya mengandalkan pepohonan dengan akar lebat yang merambat di bawah jembatan.
Lalu, terdapat pula sebuah lorong yang lebarnya hanya sekitar 2 meter di kolong jembatan itu.
Di sana lah terlihat jelas sisi lain kota metropolitan Jakarta.
Pada lorong itu tinggal puluhan kepala keluarga, yang sebagian besar mengandalkan hidup dari pekerjaan sebagai kuli angkut pelabuhan.
Mereka tidur di bawah beton konstruksi jembatan, dengan sekat yang memisahkan gubuk yang satu dengan yang lainnya.
Ukuran tiap gubuk berbeda-beda, bahkan begitu sempit sehingga hanya bisa digunakan untuk tidur semata.
Gubuk-gubuk itu juga dibuat seadanya, asal ada ruang untuk menaruh barang-barang semisal kasur, pakaian, kompor, hingga TV.
Sementara itu, persis di bantaran kali, orang-orang kolong jembatan juga membangun tempat cuci serbaguna.
Mereka merangkai triplek untuk dijadikan semacam panggung di tepi kali, gunanya untuk mencuci, menjemur, atau sekadar untuk berkumpul.
Secara garis besar, gubuk-gubuk di kolong jembatan itu terbuat dari triplek dan bambu.
Meski kondisinya sangat tidak layak untuk ditinggali, namun gubuk-gubuk di kolong jembatan itu ternyata masih dipasangi listrik.
Keberadaan gubuk tempat tinggal warga di kolong Jembatan Pasar Ikan, yang terbagi di wilayah Pademangan dan Penjaringan tersebut, nyatanya sudah bertahun-tahun.
Komsiah, salah seorang penghuni kolong jembatan, mengungkapkan dirinya sudah 3 tahun tinggal di sana.
"Saya sudah 3 tahun tinggal di sini, yang penting nggak kehujanan, nggak tidur di jalanan," kata dia saat ditemui di lokasi, Sabtu (9/6/2024).
Ibu dua anak itu terpaksa menghuni kolong tol karena penghasilan sang suami yang tak pernah menentu, sementara ia tidak bekerja.
Adapun suami Komsiah bekerja serabutan menjadi buruh harian lepas di Pelabuhan Sunda Kelapa, sesekali di Pelabuhan Muara Baru.
"Laki saya kerja di pelabuhan. Kalo di pelabuhan lagi sepi ya nggak kerja," katanya.
Beda lagi dengan Mardianah, yang bahkan sudah 10 tahun menempati bangunan liar di kolong jembatan itu.
10 tahun tinggal di sana, Mardianah bahkan sudah mulai berdamai dengan keadaan seraya menganggap kolong jembatan sebagai rumah ternyamannya.
"Banjir nggak ada, ular, buaya, nggak ada. Nggak pernah banjir. Kalo saya sudah ada 10 tahun lah tinggal di sini," kata wanita yang sehari-harinya berdagang itu.
Bayar "Uang Rokok" ke Oknum Tiap Bulan

Kepada wartawan, Komsiah dan Mardianah mengungkapkan bahwa tinggal di kolong jembatan ternyata tidak gratis.
Per bulannya, Komsiah dan Mardianah harus membayar uang sewa kepada oknum yang tak mereka sebutkan namanya.
Komsiah mengaku tiap bulan mengeluarkan Rp 130.000 belum termasuk listrik.
Tak jauh berbeda, Mardianah harus mengeluarkan Rp 150.000 per bulan supaya bisa tetap tinggal di kolong jembatan itu.
"Bukan disewain lah, kayak bayar uang rokok aja. Kalo tidak punya tempat ya bayar Rp 150 ribu," ungkap Mardianah.
Adapun untuk biaya listrik mereka tiap bulannya membayar ke pengurus RT setempat.
Sementara itu, ketua RT 08 RW 01 Kelurahan Ancol, Suwanto mengatakan keberadaan warga di kolong jembatan kali Pasar Ikan sejak adanya penggusuran bangunan liar di lokasi, belasan tahun silam.
Imbas penggusuran itu, banyak warga yang tak memiliki uang untuk menyewa kontrakan layak maupun pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Alhasil, mereka memilih menempati kolong jembatan tersebut.
Di sisi lain, Suwanto membantah ada pihak yang menarik uang sewa terhadap puluhan warga yang tinggal di kolong tol itu.
Tapi, Suwanto membenarkan bahwa pihak RT setempat memasang listrik di kolong tol untuk keperluan warga di sana.
"Di kolong juga kan nggak bisa pasang listrik, kasihan. Mereka itu ada anak-anak sekolah juga, yang akhirnya dengan niat baik orang PLN masuk situ," kata Suwanto.
"Itu sebenarnya bukan bayar listrik, satu hari bayar Rp 1.000 perak, dia listrik ngikut pedagang-pedagang. Dulu pernah diputus, akhirnya dikembalikan lagi," ucap dia.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.