4 Fakta Mahasiswa Bekasi Tewas di Gunung Cakrabuana Tasikmalaya: Korban Kelelahan Alami Kram
Terkuak deretan fakta Raffha Al-Ayyubi Adhinegoro (20), mahasiswa Universitas Siliwangi asal Bekasi yang tewas di Gunung Cakrabuana, Tasikmalaya.
TRIBUNJAKARTA.COM, TASIKMALAYA - Terkuak deretan fakta Raffha Al-Ayyubi Adhinegoro (20), mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) asal Bekasi yang tewas di Gunung Cakrabuana, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Minggu (9/6/2024).
Raffha merupakan Mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya jurusan Teknik Sipil angkatan 2023.
Selama ini Raffha tinggal bersama kerabatnya di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Raffa tewas saat mengikuti Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar) Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya.
Jenazah korban kini sudah dibawa langsung ke Bekasi.
Fakta-fakta diungkap anggota tim rescue yang melakukan penyelamatan, Saepul Pahmi (31) dan Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Fetrizal.
TribunJakarta.com merangkum sejumlah fakta kasus mahasiswa asal Bekasi, Raffa di Gunung Cakrabuana:

1. Tak Ada Tanda Kekerasan
Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Fetrizal mengatakan hasil pemeriksaan dokter tidak ditemukan ada tanda-tanda kekerasan.
"Itu juga dikuatkan dari pernyataan saksi-saksi yang sudah kami periksa," ucap Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Fetrizal, Senin (10/6/2024).
2. Korban Alami Kram
Kasar Reskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Fetrizal mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, Raffha sempat meminta istirahat beberapa kali saat kejadian.
"Saat dalam perjalanan menuju lokasi diklatsar, korban alami kram kaki pada menjelang sore, lalu minta isitirahat dan diberikan pertolongan. Kemudian lanjut lagi dan beberapa kali istirahat," ucap Fetrizal.
Raffha mengalami kram kaki di lokasi yang sudah benar-benar jauh, baik dari titik awal mereka memulai perjalanan maupun lokasi diklatsar.
Saat terakhir kali Raffha meminta istirahat, kata Fetrizal, hari sudah mulai sore.
"Saat itulah pihak panitia memutuskan untuk turun gunung mencari pertolongan. Nah, panitia baru tiba di jalan raya kurang lebih (perlu waktu) dua sampai tiga jam. Kemudian menuju Polsek Malangbong, Polsek Pagerageung, dan Tagana Garut," ucap Fetrizal.
Anggota tim rescue yang melakukan penyelamatan, Saepul Pahmi (31) mengungkapkan hal yang sama.
"Menjelang sore, sekira pukul 14.00 WIB, mendiang (Raffha) mulai lelah, dia juga bilang kakinya kram. Akhirnya istirahat, diberi pertolongan juga. Lokasinya itu sudah setengah perjalanan menuju lokasi diklatsar," ucap Saepul kepada TribunPriangan.com saat ditemui pada Senin (10/6/2024).
3. Tim Gabungan Datang Malam
Tiga lokasi tersebut berjauhan, sehingga mereka baru bisa mendapatkan tim gabungan untuk dimintai pertolongan sekira pukul 20.30 WIB.
Keterangan itu, kata Fetrizal, didapat Warek Kemahasiswaan dan Alumni Unsil Tasikmalaya, Asep Suryana Abdurrahmat.
Selanjutnya, tambah Fetrizal, tim tersebut sampai titik lokasi sekitar pukul 23.00 WIB.
"Setelah dicek oleh tim evakuasi, diperkirakan denyut nadi sudah tidak ada. Akhirnya, mereka melakukan evakuasi korban yang memakan waktu sekira tujuh jam untuk menuju jalan raya," terang Fetrizal.
Anggota tim rescue yang melakukan penyelamatan, Saepul Pahmi (31) menuturkan Raffa bersama 19 calon anggota lainnya melakukan long march sebagai latihan kesiapan diri mereka yang kelak terjun ke lokasi bencana setelah mereka semua menjadi anggota penuh.
Long march tersebut dilakukan mulai dari Polsek Malangbong Garut hingga ke Gunung Cakrabuana dengan lintasan berupa jalanan beraspal, permukiman warga, sawah, sampai hutan belantara.
Di tengah hutan dan jalan setapak Gunung Cakrabuana tersebut, posisi mereka sudah cukup jauh dari titik awal pendakian.
"Kalau diteruskan (ke lokasi Diklatsar), itu masih jauh. Kalau balik lagi ke bawah, jauh banget juga," ujarnya.
Akhirnya, untuk meminimalisir risiko yang tidak diinginkan, pihaknya memutuskan untuk melakukan evakuasi terhadap Raffha.
Panitia pun berupaya menghubungi sejumlah pihak yang berada di bawah, namun sinyal ponsel tidak bersahabat di lokasi seperti itu sehungga menjadi kendala untuk berkomunikasi.
"Mau tidak mau, memang harus dievakuasi. Akhirnya, sekira pukul 16.00 WIB, saya turun menuju Puskesmas Pagerageung untuk meminta bantuan evakuasi," jelasnya.
Saepul bergegas turun gunung via Pagerageung, bukan via Malangbong yang dilintasi panitia dan calon anggota sebelumnya untuk mempersingkat waktu.
Sesampainya di bibir hutan, dirinya juga melintasi sawah serta permukiman warga, dan akhirnya mendapati jalan raya untuk mengambil kendaraannya.
"Sampai pukul 17.30 WIB, di tengah jalan, saya berpapasan dengan ambulans yang menuju ke arah berlawanan. Rupanya, komunikasi waktu di atas, sampai ke bawah meskipun sinyalnya susah. Lalu saya kasih tahulah sopir ambulansnya, untuk evakuasi, lebih baik lewat Malangbong," ungkap Saepul.
4. Tujuh Saksi Diperiksa
Fetrizal mengatakan, kasus kematian Raffha masih didalami. Tujuh saksi sudah dimintai keterangan.
"Terkait keputusan apakah akan diautopsi atau tidak, pihak keluarga menolak untuk diautopsi sehingga jenazah korban langsung dibawa ke Bekasi," ucapnya.
Sedangkan Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unsil Tasikmalaya, Asep Suryana Abdurrahmat mengungkap bahwa hasil cek kesehatan dokter menunjukkan kondisi korban normal.
"Surat hasil cek kesehatan dari dokter tadi, saya baca, semuanya normal dan tidak ada indikasi penyakit apapun. Cuma ada catatan Diabetes Mellitus."
"Hanya saja tadi saya komuniksi dengan pihak keluarga, korban tidak ada riwayat Diabetes Mellitus," terangnya.
Asep juga mengungkap, sebelumnya, calon anggota yang hendak mengikuti Diklatsar UKM KSR PMI Unsil Tasikmalaya tersebut sebanyak 21 orang.
"Sebetulnya yang mau mengikuti Diklatsar itu 21 orang. Hanya saja, beberapa malam sebelumnya, 1 orang tidak diizinkan ikut karena diindikasikan kurang sehat, jadi semua yang berangkat itu 20 orang dan mengantongi surat kesehatan dari dokter, surat izin orang tua juga, termasuk korban (juga mengantongi surat tersebut)," ucapnya.
Pihak Unsil sendiri telah menyiapkan ambulans serta kendaraan untuk pihak keluarga.
"Kami dari kampus sangat terbuka bagi pihak keluarga, segala macam informasi yang dibutuhkan keluarga, kami terbuka, silakan," paparnya. (TribuJabar)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.