Eksploitasi Anak Penyandang Disabilitas Masih jadi Masalah di Hari Anak Nasional

Eksploitasi terhadap anak-anak penyandang disabilitas masih menjadi masalah yang belum terselesaikan pada Hari Anak Nasional tahun 2024.

Penulis: Bima Putra | Editor: Jaisy Rahman Tohir
Bima Putra/TribunJakarta.com
Ketua DPD Pertuni DKI Jakarta, Ajad Sudrajad saat memberi keterangan di Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (5/6/2024). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Eksploitasi terhadap anak-anak penyandang disabilitas masih menjadi masalah yang belum terselesaikan pada Hari Anak Nasional tahun 2024.

Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) DPD DKI Jakarta, Ajad Sudrajad mengatakan hingga kini masih ditemukan kasus anak-anak penyandang disabilitas yang dipaksa orangtua mengemis.

"Masih banyak anak-anak disabilitas dieksploitasi keluarga. Akhirnya kadang-kadang anak disabilitas di beberapa kasus jadi ladang mencari uang," kata Ajad saat dikonfirmasi, Kamis (25/7/2024).

Eksploitasi anak penyandang disabilitas ini berdampak besar, karena hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan, perlindungan, dan tumbuh kembang menjadi terabaikan.

Padahal bila mendapatkan akses pendidikan yang layak dan dukungan dari pihak keluarga, anak-anak penyandang disabilitas dapat menjadi ahli dalam satu bidang tertentu.

"Di Jakarta pernah ada (kasus eksploitasi anak), tapi yang lebih banyak di daerah. Kalau di Jakarta kebanyakan (orangtua) malu mengakui anak disabilitas. Itu banyak terjadi di Jakarta," ujarnya.

Stigma negatif di masyarakat yang memandang penyandang disabilitas tidak memiliki kemampuan menjadi sebab utama orangtua memandang anak disabilitas sebagai aib.

Ajad menuturkan kondisi juga diperburuk karena banyak praktisi yang mengaku sebagai pemerhati anak tapi justru tidak memperhatikan hak-hak anak penyandang disabilitas.

Para praktisi pemerhati anak cenderung membicarakan anak-anak disabilitas tapi tanpa melibatkan penyandang disabilitas itu sendiri, sehingga tak mengetahui permasalahan sebenarnya.

"Para praktisi anak juga cara berkomunikasinya belum siap. Menurut saya mereka sampai sekarang belum terlalu memperhatikan hak-hak anak untuk disabilitas," tuturnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved